"Iya, nanti disana jangan sering makan sambel, jangan sering makan yang pedes-pedes. Makan nya dijaga, jangan sampe telat" pesan bapak dan ibuku karena tahu aku pernah sakit maagh.
Kurang lebih 3 bulan sudah aku menginjakkan kaki di negeri kinanah ini. Negeri dambaan para penuntut ilmu. Yang di dalamnya terdapat Universitas tertua ke-dua di dunia setelah Universitas Al-Karaouine, maroko. Universitas ini awalnya adalah sebuah masjid yang didirikan pada tahun 859 oleh seorang wanita bernama Fatima Al-Fihri dan berkembang menjadi salah satu Universitas terkemuka untuk bidang ilmu alam.
Sama halnya dengan Universitas Al-Azhar, Mesir. Sebagai Universitas tertua ke-dua di dunia. Dalam perkembangannya, Al-Azhar yang awalnya hanya jaami'(masjid) yang didirikan dinasti fatimiyyah pada tahun 970-972 dibawah komando jauhar as-shaqli dan hanya digunakan sebagai tempat ibadah serta pusat pembelajaran sastra dan literatur Islam Arab Sunni.
Seiring berjalannya waktu, Al-Azhar mengepakkan sayapnya untuk peradaban islam dunia sehingga menjadi kiblat ilmu atau dikenal dengan manarotu al-ilmi(menara keilmuan). Dilihat dari banyaknya alumni-alumni Al-Azhar yang menjadi da'i, cendikiawan muslim, filsuf islam, ahli tafsir dan lainnya. Berangkat dari situlah aku dan ribuan pelajar bersaing agar bisa merasakan belajar di Universitas Al-Azhar. Berharap kelak bisa menjadi seperti mereka dan bisa menebarkan manfa'at kepada dunia, terutama Indonesia tercinta.
"Masmuka?" tanya seorang ustadz kepadaku.
"Ana Faaidh" jawabku tenang.
"Limadza turiidu antaltahiqa bijaami'ati al-azhar?" tanya beliau
"Lianna jaami'at al-azhar huwa manaratu al-ilmi. Summa, idza kaana qiblatu al-muslimin fii as-sholaati hiya al-ka'bah faqiblatu al-muslimin fii al-ilmi hiya al-azhar" jawabku santai.
Sudah menjadi kodrat dan watak kebanyakan manusia tidak sabar dalam perkara yang sebenarnya akan segera selesai atau rampung dengan sendirinya. "Dan kerap kali kita tidak sabar hanya karena kobaran ambisi di hati yang tidak diiringi dengan penyejukknya". Hampir setiap hari, aku dan ribuan pelajar yang telah mengikuti tes wawancara seleksi timur tengah membuka website diktis kemenag. Berharap pengumuman hasil tes segera rampung. Selama itu pula kami dilanda cemas yang mendalam.
"Alhamdulillah, aku lulus seleksi bu" teriakku senang bercampur sedih dan bergegas menghampiri ibuku.
"Alhamdulillah, selamet yah nak. Ibu ikut senang" sahut ibuku sambil memelukku penuh kasih sayang.