kau, bayangan yang berlabuh
saat kopiku beku dari ingatan terakhir
ucapan-ucapan pisah. masa depan
yang beri gigil kepada bulan
ketika rindu pada tubuhmu telah jatuh tempo
kala hujan merekah seperti bunga kamboja:
sumpah demi ujung kasur, kekasih.
hari ini tubuh hujan adalah setiap kata sederhana
yang muntah segala aku. tertuang
dalam puisi-puisi rindu dan waktu.
kau, kata-kata seksi yang kutunggu
saat aku, menerka-nerka kembalimu;
saat bulan yang hilang cahaya di atas sana
memberitakan tentang cacing yang tenang
dari bernafas; sehari-hari membaca tubuh
dalam tanah.
"Di sini, lakukan perlahan-lahan
ketika membaca aku
kerumitan dari induk kalimat harus disapu
dari dalam kepalamu
sebelum ku dibaca matamu," kata hujan.
hari ini, banyak nyawa akan habis diejek waktu
atas keinginan yang panjang
di umur yang terlalu pendek.
dan di mana kau menerima ejekan itu?
kau kutunggu untuk menerimanya sama-sama
agar aku bukan lagi puisi waktu
dan tidak monoton puisi rindu.
0_o
Makassar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H