Lihat ke Halaman Asli

Fahrurozi Umi

Alumni Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir, Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.

Kitab Al-Kafi: Mengenal Referensi Utama Hadis Syi'ah

Diperbarui: 26 Oktober 2023   15:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: alfeker.net/uploads

Kitab al-Kafi () adalah kitab hadis yang ditulis oleh Abu Ja'far Muhammad bin Ya'qub al-Kulaini (w. 329 H). Kitab al-Kafi terdiri dari delapan juz, dan terpecah menjadi tiga bagian: (1) Ushul al-Kafi, (2) Furu' al-Kafi, (3) Raudhah al-Kafi.

Ushul al-Kafi berisi pembahasan terkait akidah, dan termuat di dalam juz pertama dan kedua. Furu' al-Kafi memuat pembahasan fikih, dan terdapat di dalam lima juz kitab. Sedangkan juz terakhir memuat Raudhah al-Kafi yang berisikan khutbah-kutbah ahlulbait, surat-surat para imam Syi'ah dan tema-tema akhlak.

Pujian Ulama Mazhab Syi'ah Terhadap Kitab al-Kafi

Abdul Husain al-Muzhaffar berkata:

"Sementara ulama (Syi'ah) berkeyakinan bahwa kitab al-Kafi telah diperlihatkan kepada al-Qa'im --alaihi salam-, dan beliau menganggap kitab al-Kafi adalah kitab yang baik lagi bagus, lalu beliau mengatakan: "(Kitab al-Kafi) sudah cukup (menjadi rujukan) bagi mazhab Syi'ah kita"."

Abdul Husain Syarafuddin juga pernah berkata:

"Kitab terbaik yang pernah ditulis -di antaranya- ada empat buku yang merupakan referensi utama mazhab Syi'ah dalam perkara prinsipiel (ushul) dan perkara cabang (furu') semenjak generasi awal hingga dewasa ini, yaitu: Kitab al-Kafi, kitab at-Tahdzib, kitab al-Istibshar, dan kitab Man La Yahdhuruhu al-Faqih. Keseuanya diriwayatkan secara mutawatir dan kandungannya dijamin kesahihannya. Dan kitab al-Kafi berada di garda terdepan (dibandingkan dengan tiga kitab selainnya), (dan ia adalah kitab) teragung, terbaik dan terbagus."

Imam ath-Thabrusi berkata:

"Kitab al-Kafi dibandingkan dengan empat kitab induk yang lain bagaikan matahari yang berada di antara bintang-bintang. Apabila seorang yang objektif memperhatikan secara jeli (kitab al-Kafi), maka ia tidak perlu lagi memeriksa kondisi riwayat tunggal (ahad) pada rawi-rawi yang tedapat di dalam rangkaian sanadnya; karena (kitab itu sendiri) telah menumbuhkan rasa yakin (di dalam hati), juga ketenangan, kevalidan serta kesahihan."

Agha Bazrak ath-Thahrani juga pernah berkata:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline