Lihat ke Halaman Asli

Energi dalam Ekosistem Hutan

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Isu perubahan iklim tidak lagi menjadi konsumsi ekslusif mereka yang bergerak di bidang lingkungan hidup. Namun, aliran lain seperti feminism juga tak ingin perubahan iklim menyumbat pergerakan kaum-kaum wanita yang selama ini dipatronasekan - berada di belakang kaum lelaki.

Kompleksitas wacana perubahan iklim mengaitkan banyak item yang koheren dengan dampak serius yang ditimbulkan fenomena ini. Salah satunya, kelangkaan energi.  Globalisasi memainkan tuntutan atas pengoptimalan penggunaan energi dalam kapasitasnya sebagai landasan gerak.

Sudah banyak yang merisaukan persoalan ini, utamanya negara-negara industri. Kebutuhan akan energi menjadi penyokong kelangsungan pembangunan ekonomi negara-negara itu. Imbasnya adalah, kita akan sampai pada titik berebutan energi atau memaksimalkan energi alternatif (Renewable energy).

Sekitar 250 juta tahun lalu, awal zaman mesozoikum (Pangea), matahari merupakan sumber energi bagi organisme hidup. Dengan perilaku primitif dan belum banyaknya peningkatan penggunaan lahan, kita masih mampu melihat secara keseluruhan bahwa hutan merupakan produsen energi melalui siklus perputaran energi (dari rantai konsumennya).

Berbeda jauh dengan masa kini, orang-orang menilai hutan sebagai lahan untuk meraup keuntungan. Dalam film "The Burning Season- The Chico Mendes Story", diungkapkan kehidupan masyarakat di Chacoeira, Brazil (1950-an) yang menggantungkan hidupnya pada hutan. Mereka mengais rejeki dari pohon-pohon karet yang berada di sana. Namun 1980-an, semuanya berubah. Perubahan peruntukan lahan hutan menjadi peternakan besar-besaran mengakibatkan keropos ekosistem.

Dalam karya yang disutradarai oleh John Frankenheimer ini kita diperlihatkan kerugian-kerugian yang ditimbulkan dari rusaknya hutan sebagai sumber kehidupan.

MENGERUCUT PADA ENERGI YANG DIHASILKAN HUTAN tak lepas dari kesinambungan rantai pada pola pembentukannya. Pertanyaannya adalah Mengapa hutan ?. Mungkin secara kasat kita belum bisa mengeluarkan asumsi bagaimana rantai pasokan energi ini berasal dari ekosistem hutan dan memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan di luar hutan.

Aliran energi yang bersumber dari matahari sebagai bahan bakar untuk tumbuhan (pohon) dalam melakukan fotosistensis memanfaatkan akar, batang, ranting, dan daun untuk mengoperasikan produksi energi (glukosa). Kemudian mekanisme piramida makanan terjalin secara harmonis, mulai dari  konsumen terkecil hingga konsumen terbesar.

Pohon meghasilkan makanan untuk dirinya sendiri dan untuk disebar melalui perantara organisme lain yang berada di  sekitarnya. Seluruh bagian pohon memiliki benefit untuk organisme lain. Tak ada satu bagian pada tumbuhan yang tidak memiliki manfaat.

Dalam transformasi energi, dikenal 3 siklus nutrient antara lain, Geochemical, Boigeochemical, dan Biochemical cycles. Perpindahan energi tersebut dibagi berdasarkan letak pindahnya energi. Geochemical merupakan perpindahan energi antar ekosistem. Biogeochemical didefinisikan sebagai perpindahan energi hanya pada satu ekosistem saja. Kemudian Biochemical cycles diartikan sebagai perpindahan energi pada bio tertentu untuk dirinya sendiri.

Di samping itu, berlian hijau ini juga menyimpan bebagai macam sumber-sumber energi, misalnya, batubara, minyak, bahkan uranium sebagai bahan baku nuklir. Kesemuanya terbentuk dari hasil-hasil pelapukan yang terdekomposisi di dalam hutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline