Baik, pada kesempatan kali ini penulis akan menjelaskan filosofi dari angka 15. Angka 15 yang sebenarnya menurut kebanyakan orang merupakan hal biasa saja, namun nampaknya tidak terjadi dalam diri penulis. Sebab penulis melihat bahwasanya angka 15 memiliki "ruh" tersendiri. Bagi penulis angka 15 merupakan"dwitunggal" yang berarti terdapat dua elemen yang sebenarnya saling terkait. Elemen pertama adalah angka 1, dan elemen yang kedua adalah angka 5.
Elemen pertama mengacu kepada sang penggerak pertama yang tidak digerakkan, sebagaimana juga yang dikatakan oleh Aristoteles dan kemudian penulis afirmasi. Siapakah gerangan? Dialah Tuhan semesta alam. Kasih sayangnya yang universal, kasih sayangnya yang tidak tersegmentasi kedalam golongan agama tertentu.
Idenya adalah yang agung menyatukan ide-ide kecil dimuka bumi. Ia menunjukkan kebesarannya, kemahakuasaannya, dan kemahaagungannya kepada kita, hewan, tumbuhan, dan segala makhluk ciptaannya. Dengannya kita belajar, dengannya kita mengetahui. Sebab Tuhan adalah pengetahuan yang amat luas dan indah untuk diketahui.
Baca juga: Filosofi Angka 8
Menikmati alam berarti mengagumi ciptaanNya. Memikirkan alam berarti merenungi kemahaagungannya. Dengan berpikir, kita akan lebih bijaksana. Dengan berpikir kita akan lebih dewasa. Angka 1 melambangkan suatu kekuatan, tujuan yang hakiki, dan yang menerangi jalan. Tanpanya, kita tidak dapat melihat kendatipun mata kita masih berfungsi secara sempurna.
Angka 1 membuat kita kuat, membuat kita mampu, untuk melewati rasa sakit dan perih. Angka 1 adalah pembebasan, angka yang membawa kita kepada kebahagiaan, angka yang membawa kita untuk keluar dari penjara kenistaan. Angka 1 adalah baik, angka 1 adalah mulia. Aku kagum kepadamu wahai angka 1
Selanjutnya masih terdapat angka 5 yang juga sebagai jalannya untuk menuju angka 1. Penulis menafsirkan angka 5 terdiri atas 5 entitas, yaitu : (1) rajin, (2) pandai, (3) cerdas, (4) tangguh, dan (5) berjiwa sosial.
Pembahasan pertama adalah rajin. Siapa yang tidak suka dengan perilaku ini? Nampaknya orang di dunia ini sebagian besar menyukai perilaku rajin, kendatipun yang melihatnya adalah orang yang tidak rajin. Tak jarang orang yang mendambakan perilaku ini kepada orang yang terkasihnya.
Baca juga: Filosofi Angka dalam Konteks Jawa
Biasanya orang banyak yang suka dan mengapresiasi sikap ini. Entah itu rajin membaca, rajin menulis, rajin belajar, rajin menabung, rajin merawat tanaman, dan rajin-rajin lain yang berkonotasi dengan makna positif (baik). Sehingga apabila sudah memiliki perilaku demikian, maka efeknya adalah pandai, seperti yang akan kita bahas dalam poin kedua.
Poin kedua akan kita bahas mengenai sikap pandai. Pandai merupakan efek daripada kita kita rajin, pandai bukankalah bawaan lahir, namun hal ini dapat dilatih. Penulis yakin, setiap orang diberi jatah yang sama berupa sesuatu yang sangat mulia bernama "akal." Namun sayang sekali banyak dari mereka yang menyia-nyiakannya. Mungkin sebagian dari kita umat muslim banyak yang beristigfar karena tidak shalat atau melewati waktu shalat.