Syahdan, perayaan maulid Nabi Besar Muhammad Shallahu'alaihi wassallam di Aceh merupakan masa perayaan maulid terlama di tanah air. Karena hanya Aceh yang memiliki tradisi turun temurun merayakan maulid selama tiga bulan berturut-turut, yaitu mulai bulan Rabi'ul Awwal, Rabi'ul Akhir, dan Jumadil Awwal. Bahkan bagi yang belum berkesempatan melaksanakannya dalam tiga bulan tersebut tak akan sungkan untuk tetap menggelar perayaannya di bulan berikutnya yaitu Jumadil Akhir.
Hingga saat ini belum ditemukan literatur kuno yang menceritakan sejarah awal mula pelaksanaan maulid selama berbulan-bulan di Aceh. Namun terdapat hikayat dari mulut ke mulut, dikisahkan bahwa hal ini bermula pada masa Sultan Alauddin al-Qahhar memerintah Kerajaan Aceh. Sultan yang bergelar `Ala ad-Din Ri`ayat Syah al-Qahhar tersebut memerintah sejak tahun 1537 -- 1571 Masehi. Beliau adalah Sultan Aceh pertama yang mengirimkan utusan ke Khalifah Turki Utsmani di Eropa, yang kala itu dijabat oleh Sulaiman I atau yang dikenal sebagai Sulaiman The Magnificent.
Utusan Aceh ke Turki datang tentu saja bukan dengan tangan kosong, tapi membawa serta hadiah perhiasan emas yang jumlahnya sangat banyak menurut ukuran kekayaan kerajaan-kerajaan di Nusantara pada masanya. Beruntung bagi Aceh karena Khalifah Turki Utsmani menerima kedatangan utusan itu dengan penuh kehangatan, namun karena kondisi ekonomi Turki Utsmani ketika itu dalam puncak kemakmurannya tentu pemberian Sultan Alauddin Al-Qahhar menjadi tidak tepat sasaran menurut Sultan Sulaiman I. Akhirnya diputuskanlah agar hadiah perhiasan emas tersebut dibawa pulang kembali ke Aceh agar dapat dibagi-bagikan sebagai pemberian bantuan bagi setiap kaum atau suku yang ada dalam pemerintahaan Kerajaan Aceh.
Ternyata kelebihan pendapatan itu digunakan oleh setiap kaum atau suku untuk mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah yang membahas tentang keagamaan, terutama sekali untuk mempelajari sejarah kehidupan Nabi Muhammad Shallahu'alaihi wassallam. Metode pengembangan keilmuan pada masa itu tentu tidak sama dengan keadaan sekarang, pada masa lalu metode pembelajaran dilakukan dengan membuat pertemuan-pertemuan secara berkala. Oleh sebab itu tentu pada setiap pertemuan pasti akan ditutup dengan jamuan makan yang kemudian dilazimkan sebagai bagian dari tradisi.
Berangkat dari semangat yang sama maka TK Khalifah 48 Banda Aceh, pada hari Jum'at yang penuh berkah ini, bertepatan dengan tanggal 15 Februari 2019 atau 10 Jumadil Akhir mengadakan kegiatan Maulid Nabi Besar Muhammad Shallahu'alaihi wassallam bersama para siswa. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka acara yang sederhana namun penuh makna ini dimulai dengan melantunkan syair-syair dan dilanjutkan dengan menonton film kartun yang berkenaan dengan sejarah atau biografi Baginda Nabi Shallahu'alaihi wassallam.
Tujuan dari perayaan ini adalah agar anak-anak dapat mengenal lebih dekat kisah-kisah kehidupan yang penuh tauladan dan kebaikan, tentunya dengan cara yang digemarinya sesuai dengan karakter jiwa mereka.
Dari ekspresi yang tampak, sepertinya bunda-bunda TK Khalifah 48 kembali sukses membimbing para siswa agar tetap antusias dengan kegiatan sekolah. Dan tentu saja akhir dari kegiatan juga ditutup dengan acara makan bersama di halaman sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H