Lihat ke Halaman Asli

Fahrul Rizal bin Iskandar

Peminat Sejarah Kuno

Belajar Meraih Kemenangan Tanpa Menjatuhkan Lawan di NQAC

Diperbarui: 29 Januari 2019   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertandingan Peserta Tingkat SMP dari Bangku Penonton (Foto: Dokumen Pribadi)

Hari sabtu yang lalu, tanggal 26 Januari 2019, merupakan momen istimewa bagi seluruh peserta Nurul Quran Archery Competition (NQAC). Lomba Panahan yang menjadi bagian dari kegiatan ekstrakurikuler Sekolah Dasar Islam Karakter Nurul Quran (SDIK Nurul Quran) ini mengambil tempat tepat di halaman depan komplek SDIK Nurul Quran. 

Kompetesi dibagi berdasarkan kelompok umur dengan total peserta 139 orang; yang terdiri dari 86 (delapan puluh enam) untuk peserta tingkat SD, 13 (tiga belas) orang peserta SMP, tidak ketinggalan peserta emak-emak sebanyak 25 (dua puluh lima) orang ditambah 15 (lima belas orang) peserta kategori bapak-bapak.

Dan yang mengagumkan pada NQAC perdana ini adalah ketertarikan peserta dari luar SDIK Nurul Quran, khususnya untuk peserta kategori SD dan SMP yang sudah diikuti oleh anak-anak dari klub panahan ternama di Aceh yaitu Aceh Archery, ILS Archery, Oemar Diyan Archery, dan Khalifah Archery. Tentunya peserta dari klub-klub senior itu sejatinya bukan lawan setara bagi anak-anak NQ Archery tergolong masih terlalu hijau dibandingkan tamu yang bertandang ke rumah mereka.

Tapi memang tujuan dari NQAC ini sendiri seperti yang dikemukakan saat pembukaannya adalah untuk melatih mental bertanding para peserta khususnya anak-anak NQ Archery, harapannya agar para peserta nantinya mampu tampil penuh percaya diri tanpa merendahkan lawan tandingnya. Menang kalah itu biasa, tapi kebersamaan dalam pertandingan itu istimewa.

Diantara hal menarik pada NQAC ini adalah para peserta tidak dibatasi dengan tenggat waktu tertentu saat berlomba untuk melesatkan anak panah ke target sasaran. 

Walaupun ada peserta yang masih bersusah payah dalam membidik anak panahnya, tetap mendapatkan apresiasi penuh dari semua pihak yang ada di lokasi perlombaan baik dari para pelatih, peserta lainnya, emak-emak dan juga bapak-bapak yang berhadir. Artinya tujuan pertandingan ini sebagaimana yang diungkapkan oleh lisan benar-benar diwujudkan dalam perbuatan.

Kemudian bagi seluruh peserta dibagikan cindera mata setelah sesi masing-masing mereka selesai, tidak peduli berapa poin yang dapat dicetak, setiap peserta dapat satu oleh-oleh unik dari panitia. Podium tempat penyerahan piala pun bukan menjadi tempat yang disakralkan, semua anak dapat kesempatan untuk menaiki podium tersebut sekedar untuk mengungkapkan kesenangan akan kemenangan kawannya.

Emak-emak Memanah (Foto: Dokumen Pribadi)

Menantikan Pengumuman Skor (Foto: Dokumen Pribadi)

Skor Final Peserta SD (Foto: Dokumen Pribadi)

Podium Kemenangan Milik Bersama (Foto: Dokumen Pribadi)

Penyerahan Cendera Mata Buat Peserta Emak-emak (Foto: Dokumen Pribadi)

Tidak dipungkiri memang, even NQAC adalah hari yang melelahkan bagi setiap keluarga yang terlibat, tapi setiap anak setidaknya mendapatkan 2 (dua) pengalaman penting dihari ini. 

Pertama, tidak perlu menjatuhkan lawan demi menggapai sebuah kemenangan. Kedua, kesenangan pun dapat dirasakan dari kemenangan lawan tanding. Karena hakikat perlombaan itu adalah untuk kebersamaan yang lebih baik yang selaras dengan slogan panahan, yaitu: Calm, Focus, Brave, Win.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline