Lihat ke Halaman Asli

Fahrul Rizal bin Iskandar

Peminat Sejarah Kuno

Belajar Arti Kelembutan di Kebun Pisang

Diperbarui: 21 Januari 2019   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Kebun Pisang (Photo: Dokumen Pribadi)


Pada suatu sore di hari Sabtu, saya sudah membuat janji dengan seorang teman untuk menikmati kopi pagi di kebun kecilnya seluas 350 meter persegi yang terletak tak jauh dari rumahnya, Desa Tanjung, Ingin Jaya, Aceh Besar. Kebetulan hari Sabtu merupakan hari libur bagi kami Aparatur Sipil Negara di Provinsi Aceh yang menerapkan 5 hari kerja dalam satu pekan.

Semula tak terbayangkan oleh saya pribadi akan perubahan tampilan kebun teman yang satu ini, sekarang sudah begitu lebat ditumbuhi pohon pisang dari berbagai jenis. Sebut saja satu persatu, Pisang Kepok, Pisang Raja, Pisang Mas, Pisang Awak, Pisang Ayam, bahkan Pisang Angung yang menjadi ciri khas Kabupaten Lumajang di Pulau Jawa pun ada.

Tak berjauh berbeda dengan kebudayaan lain di Asia Tenggara, pisang juga merupakan salah satu tanaman yang erat hubungannya dengan keseharian masyarakat Aceh. Sekiranya diadakan sebuah perhelatan seperti resepsi perkawinan apalagi kenduri maulid maka pisang tak mungkin dapat dibiarkan absen dari menu yang disajikan.

Kalau mau dilakukan 'sensus' dadakan untuk mendeskripsikan jenis-jenis makanan khas Aceh yang menggunakan pisang maka sebagai responden survei saya akan mengulas dua jenis makanan berikut, yaitu: Bu Leukat Pisang Peungat dan Kuah Beulangong.

Bu Leukat Pisang Peungat, kalau alih bahasa bebasnya kira-kira boleh disebut sebagai "Ketan dengan Kuah Pisang Peungat". Nah, Kuah Pisang Peungat itu sendiri adalah kuah santan manis yang komposisi pelengkapnya berupa nangka tua, ubi kayu, labu merah dan tentunya Pisang Raja. 

Sedangkan Kuah Beulangong bila diterjemahkan kira-kira jadi "Kuah Kuali Besar" yang bahan utamanya adalah daging sapi atau kambing bersama rempah-rempah tertentu yang disertai nangka muda, kemudian tak lupa buah Pisang Kepok muda. Bila sedang beruntung maka akan didapati bagian dalam batang pisang yang telah dicincang halus dalam "Kuah Kuali Besar", dan saat ini jenis pisang yang isi dalamnya cocok untuk Kuah Beulangong ini sudah langka.

Lain lagi dengan jenis Pisang Awak yang memiliki sejarah tersendiri di masa lampau. Pisang ini merupakan makanan yang dipilih oleh masyarakat Aceh untuk makanan pendamping ASI balita sampai dengan saat ini. 

Konon, pada masa lalu apabila seorang keturunan bangsawan hendak melakukan upacara turun tanah bagi anaknya yang baru lahir maka Pisang Awak harus tersedia. Juga dipercaya bahwa Pisang Awak ini memiliki khasiat obat bagi orang dewasa yang terserang penyakit lambung atau mag akut.

Untuk dimaklumi bahwa terakhir saya menyambangi kebun ini kondisinya masih didominasi oleh pohon ubi kayu dan jagung. Oleh karenanya saya jadi bertanya kepada pemilik kebun tentang alasannya untuk mengubah jenis tanaman dikebunnya ini dan memilih pisang sebagai primadonanya. Ternyata beliau memiliki alasan khusus yang memiliki latar belakang filosofi tertentu.

Setelah menyimak penjelasannya maka saya dapat memahami bahwa dahulu kebunnya dipenuhi tanaman yang melambangkan kekerasan seperti ubi dan jagung, sedangkan pisang yang dibudidayakannya saat ini melambangkan kelembutan. Oleh karena saking lembutnya bahkan balita pun dapat mengkonsumsi pisang sebagai makanan pendamping ASI. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline