Saat ini, Angka Covid19 terus meningkat, per tanggal 22 Januari 2021, terkonfirmasi lebih dari 900.000 kasus di Indonesia dan masih terus mencetak rekor kasus baru harian.
Peningkatan ini bisa saja terjadi karena munculnya klister baru atau bisa jadi kurangnya taat terhadap protokol kesehatan. Tentu saja ini membuat sistem imun tubuh kita harus tetap terjaga. Salah satunuya dengan asupan Vitamin. Diantara semua vitamin yang ada, Vitamin D menjadi salah satu pusat perhatian oleh masyarakat sejak adanya Covid 19.
Nah Sobat Kompasianer! Beberapa waktu lalu, Melvin Junior Tanner yang dikenal sebagai Ahli Gizi (Nutrition Coach) memaparkan betapa pentingnya Vitamin D di Masa Pandemi Covid19 melalui media sosial instagramnya di akun @melvinnjr.
Penasaran, seberapa pentingnya sih? Let's Check it out!
Kegunaan Vitamin D memang sudah lama dikenal sejak tahun 1920an, sobat. Tak hanya sebagai kesehatan tulang, melainkan juga kesehatan non-tulang. Seperti, kesehatan jantung, mencegah penyebaran sel kanker dan menjaga sistem kekebalan tubuh.
Ternayata, suplementasi vitamin D dapat menurunkan risiko kejadian infeksi COVID-19 dengan meningkatkan kadar ACE2, serta menurunkan mortalitas dan keparahan pasien COVID-19 (sumber). Juga, penelitian sebelumnya banyak membuktikan bahwa suplementasi Vitamin D dapat menurunkan risiko infeksi Sindrom Respiratori atau Pernapasan, seperti SARS dan Pneumonia.
Para peneliti dari Universitas Cordoba, telah melakukan penelitian pada sejumlah 76 pasien Covid-19 yang dirawat dan menerima pengobatan terbaik di Reina Sofia University Hospital Semua pasien. Namun, di antara mereka ada 50 pasien yang menerima kalsifediol, . Kalsifediol adalah bentuk metabolisme vitamin D3 yang dapat meningkatkan kadar vitamin D dalam tubuh secara cepat. Nah, dalam penelitian ini, sobat tahu? pasien yang mendapat suplementasi kalsifediol mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk masuk dalam perawatan intensif. Lebih dari itu, tidak ada dari pasien-pasien tersebut yang akhirnya meninggal dunia. Sedangkan, pada kelompok kontrol (yang tidak mengonsumsi kalsifediol) yang berjumlah 26 pasien, ada 13 pasien dirawat di unit perawatan intensif, dan dua orang meninggal dunia. Tiga dosis kalsifediol dalam studi ini (0,532 mg di hari pertama, dan 0,266 mg di hari ketiga dan ketujuh) dapat mengurangi infeksi parah Covid-19.
Ditambah lagi, bukti penelitian yang menunjukkan bahwa Vitamin D dapat menghambat molekul pro-inflamasi dalam tubuh. Di lain sisi, Vitamin D ini justru memicu produksi molekul anti-inflamasi, sperti Makrofag. Nantinya sel makrofag ini yang akan menghancurkan virus dalam tubuh kita.
Lantas, apa saja pangan sumber vitamin D?
1. Kuning Telur
Bagi kamu yang tidak makan ikan, harus tahu bahwa makanan laut bukan satu-satunya sumber vitamin D, loh. Telur juga sumber Vitamin D yang baik, serta makanan yang sangat bergizi. Sementara sebagian besar protein dalam telur ditemukan di putih telur, lemak, vitamin, dan mineral sebagian besar ditemukan di kuning telur. Satu kuning telur mengandung 37 IU vitamin D, atau 5% dari DV (Sumber). Kadar vitamin D pada kuning telur bergantung pada paparan sinar matahari dan kandungan vitamin D pakan ayam. Ketika diberi pakan yang sama, ayam yang dipelihara di padang rumput yang berkeliaran di luar ruangan di bawah sinar matahari menghasilkan telur dengan kadar 3–4 kali lebih tinggi (Sumber).
2. Jamur
Jamur dapat mensintesis vitamin D2 saat terkena sinar UV. Hanya jamur liar atau jamur yang diberi sinar UV yang merupakan sumber vitamin D. Seperti manusia, jamur dapat mensintesis vitamin ini saat terkena sinar UV (sumber). Namun, jamur menghasilkan vitamin D2, sedangkan hewan menghasilkan vitamin D3.
3. Sereal dan oatmeal
Sereal tertentu dan oatmeal instan juga difortifikasi dengan vitamin D. Setengah cangkir (78 gram) makanan ini dapat menyediakan 54-136 IU, atau hingga 17% dari DV (Sumber: 1, 2). Meskipun sereal dan oatmeal yang diperkaya memberikan lebih sedikit vitamin D daripada banyak sumber alami, keduanya masih bisa menjadi cara yang baik untuk meningkatkan asupan Sobat.