Lihat ke Halaman Asli

Fahrul RizkiPrayogo

Menulis supaya tetap produktif

Penataan Bus Transjakarta guna Mewujudkan Mobilitas Cerdas

Diperbarui: 8 September 2021   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Bus Transjakarta atau dalam sistem transportasi disebut sebagai Bus Rapid Transit (BRT) merupakan salah satu andalan warga Jakarta untuk mobilitas sehari-hari. Di awal kemunculannya pada tahun 2004, Bus Transjakarta menjadi sistem transportasi BRT pertama di Asia Tenggara. 

Jika telusuri, transportasi berbasis bus tersebut terinspirasi dari BRT di Kota Bogota, Colombia. BRT di Kota Bogota dinamakan Trans Milenio. 

Sama seperti sistem BRT di negara lainnya, Bus Transjakarta memiliki jalur sendiri yang dipisahkan dengan kendaraan lain ketika sedang beroperasi. Hal ini berdampak pada berkurangnya kapasitas jalan karena satu lajur dibuat khusus untuk lintasan Bus Transjakarta. 

Namun, tidak semua trayek Bus Transjakarta memiliki jalur sendiri, masih ada beberapa trayek Bus Transjakarta yang lintasannya bercampur dengan kendaraan lain. Karena masih bercampur dengan kendaraan lain, jalur Bus Trasnjakarta ada di sebelah kanan dengan ditandai oleh aspal yang dicat merah.

Masih bercampurnya lintasan Bus Transjakarta dengan kendaraan lain disebabkan oleh luas jalan yang tidak memadai. Jika dipaksakan untuk membuat lintasan khusus, sudah jelas jalan yang tak begitu luas akan kehilangan separuh kapasitasnya. Kemacetan parah merupakan dampak yang paling mungkin terjadi, terutama di jam-jam sibuk. 

Karena itulah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengalah dengan mencampur lintasan khusus BRT dengan kendaraan lain. Sebenarnya operasi dalam mix-traffic ini merupakan "kegagalan" sistem BRT yang diterapkan di banyak negara. Jika tidak ada keistimewannya, buat apa berpindah moda transportasi. Kebanyakan orang akan memilih menggunakan kendaraan pribadi.

 ketika DKI Jakarta dipimpin oleh Basuki Tjahaya Purnama atau kerap disapa Ahok, pada tahun 2014 ia meresmikan Jakarta Smart City. Secara garis besar, menjadikan Jakarta sebagai smart city ialah dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk penyelenggaraan layanan publik. 

Salah satu indikator atau dampak dari penerapan sebuah konsep smart city pada sebuah kota adalah dengan menyediakan transportasi umum yang dapat diandalkan. Dalam hal ini, transportasi yang bisa diandalkan adalah transportasi yang aman, nyaman, terjangkau, mudah, dan terhubung dengan moda transportasi lainnya. Kesemuanya merupakan salah satu tujuan dari pembangunan transportasi.

Konsep Smart City (kota pintar) sering berjalan beriringan dengan Smart Mobility (mobilitas cerdas). Dalam hal mobilitas, sudah barang tentu berkaitan dengan penyediaan sarana maupun prasarana transportasi. Untuk itulah, dalam beberapa tahun terakhir dilakukan perbaikan atau penataan terhadap operasional Bus Transjakarta. 

Penataan tersebut meliputi rute atau koridor, pembayaran, integrasi dengan transportasi lain serta armada bus. Penataan Bus Transjakarta dari segi rute atau koridor berkaitan dengan penambahan jumlahnya.

Hingga tahun 2019, Bus Transjakarta sudah melayani 247 rute dengan rata-rata penambahan 5 rute tiap bulannya. Kemudian, di tahun 2014 yang merupakan awal mula diresmikannya Jakarta Smart City, dibuatlah koridor 13 yang  melayani perjalanan dari CBD Ciledug hingga Kapten Tendean dan sebaliknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline