Cukup menghawatirkan ketika kita melihat gaya hidup generasi muda bangsa sekarang ini tampil identik dengan simbol radikalisme, aksi dari gerakan terorisme tersebut seakan tidak pernah mati gaya.
Perlu kita semua ketahui, utamanya bagi generasi muda bahwasanya pola pikir agama seringkali lebih menonjol sebagai penyebab dan motivasi bagi gerakan terorisme. Jangan kira teroris itu bodoh, mereka para teroris sangat pintar, tapi labil secara kejiwaan. Sehingga kita banyak terpengaruh dengan rayuan yang berupa iming-iming akan mati syahid.
Ketahuilah teman-teman, inilah salah satu bentuk kekerasan yang berbahaya bagi seluruh dunia, termasuk indonesia. Lalu apakah terorisme tersebut bisa kita hindari!? Tentu saja bisa.
Pertama, yaitu kita sebagai rakyat indonesia mempunyai dasar negara salah satunya Bhinneka tunggal ika, dan bukan negara yang di landasi oleh agama tertentu, maka jika kita menemukan kelimpok yang mengajarkan kebencian terhadap kelompok tertentu maka segera tinggalkan kelompok tersebut.
Kedua, yaitu belajar pada banyak guru dan ustad yang berbeda sebagai nilai tambah yang bisa kita kembangkan dan bandingkan dengan ilmu lainnya. Tetapi intinya dari banyak guru tersebut yaitu mengajarkan perdamaian, toleransi, dan anti kekerasan sehingga nanntinya kita dapat mengkaji ilmu tersebut dengan lebih baik.
Ketiga, yaitu dalam jejaring sosial media, bagaimana kita memanfaatkan sosial media sebagai sumber ilmu yang bernilai positif dan mengabaikan sesuatu yang bernilai negatif. Maka inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia, yaitu pemuda dapat menolak segala tindakan radikalisme-terorisme, pemuda dapat menjaga dan mengedepankan toleransi dan kebersamaan, pemuda dapat menjaga harkat dan martabat bangsa Indonesia sebagai negara yang kuat akan persatuannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H