Aktivis Peneleh regional Blitar menggelar bedah buku Gagasan Tentang Peradaban, Syarah Pemikiran HOS Tjokroaminoto di Kafe Jasmine, Jalan D.I Panjaitan 117 Kota Blitar (5/12/21).
Buku itu ditulis oleh 5 orang, 3 dari penulisnya hadir malam itu: Ahmad Fauzi, Iskandar E. Asmuni, Ibnu Syifa'. Saya dan Pak Budi Kastowo (Pustakawan Perpustakaan Bung Karno) diminta menjadi pembedahnya.
Buku itu adalah syarah tentang pemikiran HOS Tjokroaminoto (Pak Tjokro) yang diterbitkan oleh Penerbit Peneleh (Oktober, 2021), tebalnya lebih dari 290 halaman.
Siapa HOS Tjokroaminoto?
Pak Tjokro adalah tokoh besar, pahlawan Islam Jang Oetama. Guru informal dari beberapa tokoh besar seperti Bung Karno, Semaoen, Kartosuwirjo, hingga Soegondo, dan masih garis keturunan Kyai Bagus Kasan Besari dari Ponorogo.
Pak Tjokro juga seorang aktivis yang ulung, jurnalis dan penggerak dakwah Islam. Rumahnya di Gang. Peneleh Surabaya menjadi tempat singgah dan diskusi para tokoh-tokoh besar di antaranya Tan Malaka dan KH. Ahmad Dahlan.
Beberapa yang indekos di rumahnya kemudian tampil menjadi tokoh nasional dan aktif dalam pergerakan.
Misalnya, Soegondo Djojopuspito yang nantinya menjadi ketua Kongres Pemuda II yang kemudian kita kenal dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Ide itu bisa jadi muncul, tak lepas dari gesekan pemikiran saat masih tinggal di Gang Peneleh.
Selain itu juga aktivis Syarikat Dagang Islam (SDI) dan lalu berubah menjadi Syarikat Islam (SI).
Pak Tjokro banyak menulis di surat kabar, serta menelurkan gagasan prolifik tentang Islam dan Sosialisme. Gagasan itu turut mewarnai pemikiran anak-anak ideologisnya, di antaranya Bung Karno.