Ramadhan, kurindu untuk bertemu
Siapkan hatiku juga hatimu
Ramadhan, kurindu untuk bertemu
Dengan penuh cinta, jemput indah Ramadhan
DNA Adhitya (2018)
Sya'ban berangkat sudah. Semesta menyambut tamu istimewa: Marhaban ya Ramadhan. Mari kita bergegas menuju satu titik dengan sepenuh hati. Bismillah!
Ramadan tahun ini menjadi sangat spesial. Kita menyambutnya dalam suasana yang sama sekali baru. Seluruh umat muslim Indonesia belum punya pengalaman bagaimana memasuki dan mewarnai Ramadan di tengah pandemi seperti ini. Seketika romantisme masa lalu pun menyeruak dari ingatan: masjid yang semarak oleh berbagai kegiatan, anak-anak kecil dengan wajah cerianya berkumpul dan berkreasi di masjid, di sejumlah titik spanduk-spanduk menyambut Ramadan bertebaran, atau tukang timun suri sudah marak di tepi-tepi jalan. Semua itu menjadi sejumput kenangan di Ramadan tahun ini.
Ada satu yang sangat berbeda: suasana. Sejumlah komplek perumahan sepi, sesepi-sepinya. Bila di banyak Ramadan suasana ramai itu begitu sangat terasa, kapan pun, apa lagi malam. Ibarat kata, kita mau keluar rumah atau pulang jam berapa pun ketika Ramadan, "hawanya" berbeda, hangat. Betapa tidak! Di sejumlah titik selalu saja ada yang kumpul untuk menghidupkan malam dengan berbagai kegiatan. Apalagi kita yakin, di setiap rumah pasti ada saja yang tetap terjaga dalam ibadah. Kini semua tinggal kenangan. Di semua ruas jalan hanya ada kelengangan. Dingin. Senyap.
Ruang Kembali
Pada gilirannya, kita harus belajar mengerti. Covid-19 menjadi teka-teki. Tak seorang pun yang berani memastikan, apa status kita hari ini. Ada di fase apa kita hari ini? Sampai kapan harus terkurung dan berdiam di rumah seperti ini? Yang datang justru berbagai pembatasan yang membuat ruang gerak kita semakin sempit.