Ilustrasi/detik.com
Dihari ke sepuluh, evakuasi korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ 8501 yang jatuh Minggu pagi (28/12/2014) dekat perairan pangkalan Bun, Kalimantan tengah terus bertambah. Dari 162 penumpang, tim SAR gabungan yang dikomandoi oleh Basarnas sudah menemukan 39 jenazah. Identifikasi jenazah oleh Tim DVI Polri masih terus berlanjut. 16 jasad sudah teridentifikasi. Proses identifikasi jenazah semakin sulit, karena kondisi jenazah banyak yang rusak.
Sementara itu, sudah ditemukan 7 objek besar yang diduga badan pesawat di kedalaman 30 meter yang belum terkonfirmasi. Faktor cuaca dan kemampuan alat masih menjadi kendala untuk menemukan dan menyisir 7 objek besar tersebut, serta evakuasi jenazah yang diduga berada dibadan pesawat yang utuh.
Dari hari pertama hingga kesepuluh cuaca buruk kerap kali menghantui Tim SAR gabungan dalam upaya evakuasi korban dan pencarian badan pesawat. Namun, seiring waktu yang berjalan itu, satu persatu fakta mulai terungkap pasca kecelakaan AirAsia QZ8501.
1. Terbang tanpa Informasi Cuaca
Atas nama keamanan dan keselamatan penumpang, setiap pesawat diwajibkan mengantongi informasi cuaca BMKG. Kendati setiap pesawat sudah dilengkapi radar cuaca. Sebab laporan cuaca dari BMKG itu penting untuk menghindari cuaca buruk atau awan kumulonimbus yang disebut-sebut mimpi buruk bagi setiap pilot.
Diketahui, pihak AirAsia mengambil informasi cuaca BMKG sekira pukul 7.00 WIB ketika pesawat QZ8501 rute Surabaya-Singapura sudah hilang kontak. Padahal TNI-AL, Sriwijaya Air, dan Lion Air disebutkan sudah mengambil dokumen prakiraan cuaca udara BMKG.
Dalam riset BMKG berjudul “ Kecelakaan AirAsia QZ8501, Analisis Meteorologis.BMKG menyimpulkan kecelakaanpesawat tersebut disebabkan oleh cuaca yang membuat mesin beku. Di jalur penerbangan AirAsia QZ8501 ada awan konvektif dengan suhu puncak 80-85 derajat celcius, menyebabkan awan tersebut mengandung es. Kendati, riset tersebut bukan keputusan final penyebab jatuhnya pesawat, tapi fakta membuktikan AirAsia QZ 8501 terbang tanpa informasi cuaca BMKG.
2. Izin Hantu
Pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh pada hari Minggu (28/12/2014) menyingkap fakta baru. Fakta baru tersebut muncul ketika ternyata Kemenhub menilai pesawat milik Dato Kamarudin initak mempunyai izin terbang dihari Minggu. Pasalnya, AirAsia diberi izin terbang 4 kali dalam satu Minggu, yakni, Senin, Selasa, Kamis, dan Sabtu.
Kemenhub mengaku kecolongan, karena pada prakteknya AirAsia rute Surabaya-Singapura terbang dihari Senin, Rabu, Jum’at dan Minggu. Ini sudah berlangsung selama 3 bulan. Maka, secara tegas Kemenhub membekukan sementara perizinan AirAsia rute Surabaya-Singapura.
Terkait perizinan ini, Bos besar AirAsia Tony Fernandes mengakui kesalahannya.Ia menerima keputusan Kemenhub dan berkeinginan mengajukan kembali perizinan tersebut. Menhub pun mempersilahkannya kalau investigasi sudah diumumkan.
Memang mustahil rasanya tanpa izin terbang dapat mendarat di bandara internasional sekelas Changi di Singapura kalau tak ada aktor pemberi izin hantu ini. Terkait dengan pemberian izin hantu tersebut, 7 pejabat telah dinonaktifkan oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan. Masing-masing terdiri dari2 pejabat internal Kemenhub, AirNav Indonesia 3 orang, dan PT Angkasa Pura I 2 orang.
Oleh, Fahrizal
Sumber
Menhub: Tony Fernandes Mengaku Salah Ke Saya
Riset BMKG: AirAsia Jatuh Karena Mesin Beku
Ini 7 pejabat Yang Dinonaktifkan Terkait 'Izin Hantu' AirAsia QZ8501
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H