Lihat ke Halaman Asli

Fahri Sabililhaq

Manusia Pemula

Cerita Bangku Kuliah

Diperbarui: 5 November 2024   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: fahridesign

Sedikit bercerita tentang masa-masa perkuliahan di Jakarta. Kota seribu warna. Kota yang menjadi pusat peradaban, berisi manusia dari berbagai penjuru. Tahun 2020 menjadi awal cerita ini dimulai, sampai akhirnya selesai tepat waktu pada tahun 2024.

Bangku kuliah, menjadi suatu hal yang tentu tak semua orang bisa merasakannya. Aku adalah salah satu orang yang beruntung diberikan kesempatan untuk mendudukinya. Terima kasih ku ucapkan pada semesta, atas izin-Mu aku bisa melalui begitu banyak episode kehidupan yang berwarna. Kos pergerakan bunda menjadi saksi bisu atas apa-apa yang terjadi disana.

Bangku kuliah telah mempertemukanku dengan banyak orang-orang baru. Teman-teman yang memiliki ciri khasnya masing-masing, semua unik, dan semua otentik. Teman-teman yang sebelumnya tak pernah terpikirkan aku akan menemuinya. Semakin mengenal mereka, semakin mataku terbuka. Bagaimana tidak? Ilmu kehidupan banyak ku serap dari mereka, teman-temanku. Aku belajar tentang bagaimana mewarnai dan diwarnai disini. Juga memilih warna-warnaku sendiri. Sesekali melawan, sesekali menghindar dari tinta hitam yang terkadang muncul walau terabaikan.

Aku kira di bangku kuliah, aku akan belajar banyak hal tentang akademik, semua hal tentang dunia ilmiah. Ternyata aku keliru. Aku lebih banyak belajar tentang ilmu kehidupan. Menjaga ritme fluktuasi kehidupan, mengharmoniskan sinergitas diri, menggerakkan kolaborasi sosial, fase terjatuh dan bangkit lagi, dan tentu mengupayakan untuk terus bertahan. Semua yang menempaku pada akhirnya akan menumbuhkanku. Karena memang, tidak ada yang terbentuk tanpa tekanan dan tempaan.

Aku kira di bangku kuliah yang dibanggakan adalah sebuah gelar yang disematkan pada nama. Ternyata aku salah. Sesuatu yang lebih layak dan pantas untuk dibanggakan adalah sebesar apa sumbangsih diri pada ranah sosial, seberapa besar kebermanfaatan diri untuk sesame selepas selesai studi, dan seberapa berani mengambil peranan apapun untuk kebaikan, menciptakan pergerakan ke arah perubahan. Persetan dengan gelar tanpa arti.

Teruntuk siapapun yang tengah berada di bangku kuliah, semangatlah dan sadarlah untuk tidak menyia-nyiakannya. Tidak semua orang memiliki kesempatan sepertimu, banyak dari mereka inginkan itu (menjadi mahasiswa) namun semesta belum memberi restu. Teruntuk siapapun yang belum sempat merasakan bangku kuliah, semangatlah dan sadarlah untuk terus bergerak tumbuh-maju. Barangkali pembelajaranmu memang bukan sebatas di ruang kelas saja, barangkali daya juangmu lebih dikuatkan dengan prosesmu saat ini, dan barangkali memang proses tumbuhmu berada di tempat yang berbeda.

Mari terus tumbuh, lebih kuat. Lagi, dan lagi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline