Lihat ke Halaman Asli

Fahri Sabililhaq

Manusia Pemula

Quarter Life Crisis: Fase Bimbang dan Penentuan

Diperbarui: 4 Maret 2024   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: fahridesign

Anak muda usia 20-an sampai usia 30 tahun tengah mengalami fase yang benar-benar penuh akan kebimbangan. Orang-orang menyebutnya quarter life crisis, krisis seperempat usia. Betul, aku pun saat ini merasakan hal yang sama. Bukan hal yang mudah memang, tapi mau tak mau tetap harus dilewati bagaimanapun kondisinya.

Pertanyaan mendasar seperti "setelah ini mau kemana? Apa yang dituju? Apa yang hendak diraih? Apa yang akan dibanggakan? Apa yang kemudian akan didahulukan?", menjadi pertanyaan yang sulit untuk dijawab saat ini. Pertanyaan itu ada jawabannya, tapi begitu banyak pilihan yang dihadirkan. Tapi, lagi-lagi pertanyaan-pertanyaan itu mesti dipersiapkan sebisanya.

Sebetulnya, hidup yang terlalu merisaukan masa depan pun tidak baik. Kita mungkin menjadi cemas, was-was dan khawatir dalam rasa yang sebenarnya semu. Kita menjadi takut akan segala kemungkinan untuk gagal, tak mampu, dan tak berdaya. Kita jadi pesimis, apalagi disandingkan dengan pencapaian orang sukses sebaya, juga kondisi diri yang belum jadi apa-apa. Rasa yang betul-betul mengganggu pikiran. Seakan tuntutan terhadap gemilangnya masa depan adalah beban yang begitu berat tuk diangkat.

Akhirnya, kita menemui sebuah titik. Titik pengulasan diri. Titik dimana kita harus mengulas kembali hidup diri kita sendiri. Memaknai kembali hidup yang tengah dan akan kita jalani nanti. Di titik ini kita akan perlu merenung, juga perlu berdamai dengan diri sendiri, lalu berkompromi mencapai titik-titik selanjutnya. Bukankah hidup ini adalah serangkaian titik?

Dengan menemukan kembali tujuan utama dalam hidup, dengan sendirinya kita akan jauh menikmati hidup kita sendiri, hari demi hari. Kita akan lebih menikmati setiap momen tanpa ada yang terlewati. Kita akan menyelami proses demi proses yang akan mengantarkan kita ke tujuan itu. Kita akan menciptakan titik kita sendiri, melewatinya satu persatu.

Kita tidak akan pesimis memandang hidup dan tidak akan memandang pencapaian orang lain sebagai beban moral yang mesti kita emban. Kita akan memandang orang lain adalah kawan seperjuangan kita yang sama-sama sedang berjuang mencapai tujuannya sendiri. Jadi, berhenti membandingkan diri, berhenti membuat 'tuntutan masa depan'.

Tetaplah melangkah dan yakinlah bahwa setiap langkah kita ada Tuhan yang membersamai. Ada Tuhan yang selalu ada dan siap sedia dengan kasihnya menolong setiap hamba-hambanya kan? Jadi, tak perlu terlalu risau, tak perlu merasa sendirian.

Nikmatilah setiap momennya, rasakan betul setiap keseruannya. Fase quarter life crisis ini adalah fase paling menyenangkan, meski memang berat juga. Tapi pandanglah ini sebagai tantangan untuk menjadikan diri semakin lebih berkelas dan berkualitas. Jadikan fase ini sebagai pembentukan karakter diri yang jauh lebih kuat dan hebat. Hanya di fase inilah tenaga dan energi kita sedang full. Jadi, gassslah! Saatnya mainkan perananmu! Beranilah dan bermainlah!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline