Lihat ke Halaman Asli

Mencari Rizki Itu Bukan Jumlahnya tapi Berkahnya

Diperbarui: 24 Februari 2018   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dari sahabat Jabir bin Abdullah, bahwasanya pada suatu ketika Nabi Muhammad SAW berkata di hadapan para sahabatnya, ''Wahai umat manusia, bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah dalam hal mencari rezeki. Karena, sesungguhnya manusia itu tidak akan mati sebelum disempurnakan rezekinya. Allah hanya memperlambat turunnya rezeki kepadanya. Dan kemudian menurunkannya secara berangsur-angsur. Karena itu (sekali lagi), bertakwalah kalian semua kepada Allah dan perbaikilah usahamu dalam meraih rezeki. Ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram.'' (HR Ibnu Majah).

Jika kita sudah mampu mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram, rezeki yang sudah datang kepada kita jangan kita simpan dan nikmati sendiri. Kita bisa membaginya kepada yang lain, misalnya dengan membuat usaha. Kita akan membuat lapangan kerja baru, usaha bukan berarti kita akan meninggalkan pekerjaan asli kita, tidak harus besar.

Pada dasarnya seorang yang sedang mencari rezeki itu sedang beribadah, karena ini termasuk bentuk ibadah maka sudah tentu Allah akan memberikan pahala baginya. Jadi bersemangatlah mencari rezeki, hal yang terasa untuk kehidupan dunia ternyata menjadi pahala akhirat kita.

Kalaupun bila kita tidak memperoleh rezeki kita setelah berusaha, kita tetap akan mendapat pahala dari Allah SWT. Tapi kita harus yakin semua usaha kita pasti akan menghasilkan, walaupun tidak pada hari itu juga. Seperti kata petani, yang memanen adalah yang menanam. Jadilah seperti petani yang menanam dan memanennya, jangan seperti burung yang hanya memanennya. Yang seperti burung itu yang seperti apa? Mungkin seperti para Koruptor di negeri kita. Rezeki kita sudah disiapkan oleh Allah SWT untuk kita. Kita hanya dipersilahkan mengambilnya dengan cara kita. Cara yang baik atau cara yang buruk, cara kanan atau cara kiri, kita pemegang kendali diri kita. Kendalikan diri kita dalam mencapai rezeki itu dengan cara yang baik, sehingga apa yang kita dapatkan akan menjadi baik.

Rezeki walaupun sudah disiapkan oleh Allah, dia harus kita cari, ambilah. Rezeki tidak akan datang kepada kita dengan sendirinya, hanya untuk waktu-waktu tertentu saja dia datang sendiri. Orang yang selalu berpangku tangan walaupun setiap hari dia meminta kepada Allah SWT segudang emas, tapi dia tidak mau berusaha, berat Allah SWT untuk mengabulkannya. Ingat Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum tanpa kaum itu mengubahnya sendiri. Karena itu kita wajib merubah nasib kita sendiri, tentunya dengan cara yang baik lagi benar menurut agama dan masyarakat. Melihat, Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu berusaha merubahnya, dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa mencari rezeki adalah wajib. Bila kita memang ingin menjemputnya, membawanya ketangan kita. Bergeraklah untuk berubah, rubah arus rezeki kita. Bagaimana merubahnya? dengan mencarinya, mengusahakannya, memperlancarkannya bukan menunggunya. Jemput dia.

Allah SWT membenci kemalasan, Allah SWT membenci putus asa. Kemalasan akan mengakibatkan seseorang tidak memberikan hasil, malas adalah penyakit. Penyakit tentunya bisa diobati, dengan apa? Dengan memulai, mulai dari saat ini.

Janganlah kita malu bekerja apa saja asalkan itu halal karena meskipun terlihat rendah di mata orang tetapi tidak di mata Allah. Daripada kita bekerja yang menghasilkan uang banyak tetapi dengan cara yang tidak dibenarkan oleh agama (haram). Yang kita cari bukanlah seberapa banyak jumlahnya tetapi berkahnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline