Di zaman yang serba digital seperti sekarang ini tentu kita akan mendapatkan banyak sekali kemudahan. Mulai dari yang hanya berbagi kabar hingga yang internet sebagai sarana media belajar.
Kita sudah mendapatkannya dengan sangat instan. Bahkan hanya untuk belanja ataupun makanpun kita sudah tidak perlu lagi capek-capek keluar rumah.
Tinggal buka aplikasi Grab atau Gojek kita sudah bisa memilih makanan apa yang ingin kita makan. Lalu tak selang beberapa saat abang-abang ojolpun tiba di depan rumah. Semudah itu.
Namun, kemudahan yang disajikan pada saat ini nyatanya juga membawa efek yang buruk bagi mental manusia. Tidak sedikit dari manusia yang nyatanya belum siap untuk menerima itu semua.
Bahkan ada yang sampai stres dan depresi. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah karena terlalu sering melihat postingan di facebook atau instagram yang isinya bisa membuat kita semua insecure alias minder. Karena seperti yang kita tahu pada zaman sekarang ini apa-apa itu (terkadang) diukur berdasarkan kuantitas, bukan kualitas.
Akibat depresi yang berlebihan itu, tak sedikit pula manusia yang tidak bisa mengontrol emosinya. Hari-harinya diisi dengan menggerutu dan mengeluh.
Entah itu menyalahkan diri sendiri atau faktor yang ada di luar dirinya. Dan hal itu dapat menjadikan diri kita menjadi tidak produktif karena hanya memikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan.
Filsafat Teras
Pada tanggal 21 Mei kemarin, penulis baru saja membeli sebuah buku yang berjudul "Filosofi Teras" karya Henri Manampiring. Sebuah buku yang mana menurut penulis sangat bagus dan bisa menjadi rekomendasi bagi kita semua di era seperti sekarang ini. Salah satu filsuf Yunani yang menjadi pelopor filsafat ini adalah Zeno.
Dia adalah seorang pedagang kaya. Suatu hari dia hendak melakukan perjalanan perdagangan dari Phoenicia ke Peiareus. Namun naas kapal yang dia tumpangi karam hingga akhirnya dia terdampar di Athena.
Dan kemudian disanalah kehidupannya berganti 180 derajat yang awalnya dia seorang pedagang kaya, namun akhirnya dia mau tidak mau harus menjalani kehidupan barunya di Athena dan menjadi Filsuf disana dan salah satu pelopor filsafat stoa atau filsafat teras.