Lihat ke Halaman Asli

Fahri Husaini

Universitas Siber Asia

Belajar dari Peristiwa Kepergian Eril

Diperbarui: 9 Juli 2022   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Ridwan Kamil dan Keluarga di Pinggir Sungai Aare Swiss (Instagram Atalia Praratya)

Masih hangat diingatan kita tentang peristiwa kepergian Emmeril Kahn Mumtadz (Eril) putra Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Pemberitaan tentang dirinya menghiasi laman berita dan menjadi perhatian publik, mulai dari kabar kehilangannya hingga ditemukannya dalam keadaan telah meninggal dunia. 

Sebuah peristiwa yang menguras emosi dan perasaan jutaan pasang mata masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, sosok yang selama ini dikenal sebagai pemuda yang ramah dan suka menolong itu kini sudah tiada. Ia meninggalkan banyak kenangan dan kebahagiaan, bukan hanya bagi keluarga dekat namun juga bagi masyarakat yang selama ini telah banyak ia bantu.

Ada banyak pelajaran yang dapat diambil dari Eril semasa hidupnya, salah satunya ialah senantiasa membantu sesama tanpa perlu diketahui oleh orang lain. Tak hanya itu, dari peristiwa kepergian Eril ini, ada sebuah pelajaran berharga yang juga dapat kita ambil dari sosok Ridwan Kamil. Bagaimana beliau menghadapi ujian ini sebagai seorang pemimpin, yang bukan hanya bagi keluarganya namun juga bagi kurang lebih 49 juta jiwa (BPS 2020) penduduk Jawa Barat.

Saat pertama kali mendapat kabar bahwasanya Eril hilang terbawa arus di sungai Aare Swiss, Ridwan Kamil yang saat itu berada di Inggris untuk melakukan beberapa agenda kunjungan dinas berusaha untuk tetap fokus dan menjalani agendanya hingga selesai sembari memberikan penguatan kepada keluarganya yang berada di Swiss untuk tetap tenang dan mengikuti prosedur yang berlaku. 

Setiba di Swiss, Ridwan Kamil beserta keluarga juga ikut melakukan pencarian terhadap Eril di tempat-tempat yang diduga Eril berada sembari saling menguatkan dan tak henti-hentinya untuk berdoa.

Dalam menghadapi suatu krisis atau konflik, kita dituntut untuk senantiasa berpikiran jernih. Hal ini bertujuan untuk mencegah emosi menguasai diri kita lebih dalam yang bisa saja berakibat fatal. Kemampuan manajemen konflik ini perlu untuk senantiasa kita asah, salah satunya bisa dilakukan dengan menghadapi setiap masalah dengan tetap tenang, entah itu masalah kecil maupun yang besar sekalipun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline