Lihat ke Halaman Asli

Ada 18000 Nyawa Dibalik 8 Nyawa

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya melihat yang terjadi pada kaum kita saat ini adalah kaum ‘Mak Erot’, yang doyan memperbesar masalah kecil dan memperkecil malah besar.

Pernah nggak mendengar orang meninggal karena digigit gajah? Sejauh ini saya belum pernah mendengar atau bahkan melihat orang meninggal karena itu, namun yang sering saya dengar adalah orang meninggal karena digigit nyamuk.
Kita kerap membahas dan mementingkan hal yang terlihat besar karena mungkin lagi booming, lalu melupakan hal kecil yang sebenarnya jauh lebih penting.

Saya adalah satu dari beberapa orang yang tidak pernah peduli dengan fatwa haram merokok. Saya pikir merokok hanyalah bagian dilema antara masalah individu dan social, ada yang suka ada pula yang tidak. Dengan kata lain, meroko adalah kisah klasik the right man in the right place atau the wrong man in the wrong place. Bukan masalah krusial yang bisa menyentuh ranah social menyangkut agama, yang musti dipalu dengan hukum halal-haram, makruh rasanya sudah merupakan keputusan terbaik.

Mari kita lupakan masalah rokok, karena itu hanya polemik kecil di Negri kita yang diperbesar untuk mengelabui mata kita pada maslah yang jauh lebih besar yang selalu dianggap kecil.

Belakangan ini gencar terdengar, brownies ganja, lalu muncul cookies ganja, mungkin kelak akan hadir sop buntut ganja. Banyak sekali cara untuk menyelundupkan dan menjual barang haram itu. Terdengar biasa jika diselundupkan dalam koper, atau jasa pemgiriman, namun sering terdengar hal yang lucu dan ekstrim, seperti disimpan didalam perut.

Menurut artikel dari berbagai media yang pernah saya baca, ada 50 orang perhari yang mati karena narkoba dan 18000 pertahun anak muda penerus bangsa yang mati karena narkoba, ada ribuan orang yang menejrit kesakitan atau mungkin meregang nyawa ditempat rehabilitasi narkoba.

Saya memiliki teman mantan penikmat duni hitam narkoba, untuk kebutuhan tulisan ini, saya berusaha mengorek informasi darinya. Menurut pengakuannya saat pertama mengkonsumsi, dia dikasih free, untuk selanjutnya membeli. Dan awalnya dia berusaha tidak menerima, namun teknik marketing para penjual narkoba jauh lebih lihay daripada SPG cantik produk rokok mana pun. Dan dia yakin semua orang yang kini jadi pengguna berawal dari hal yang gratis dan bujuk rayu yang manis.

Kini teman saya itu hanya bisa diam ditempat tidur dengan seluruh sel-sel didalamnya tidak lagi berfungsi dengan normal, seperti orang autis yang struck dan punya penyakit kanker otak. Bayangkan saja gimana ngerinya.

Pertanyaanya. Setuju atau tidak dengan tindakan pemerintah mengenai hukuman mati untuk terpidana narkoba.?

Saya kumpukan beberapa opini, dan hasilnya lebih banyak yang tidak setuju. Yang selalu jadi alasan adalah tentang kemanusiaan atau hak hidup manusia yang tidak bisa di tentukan oleh manusia. Ada juga kata salah satu dosen saya yang menyatakan tidak setuju, karena hukum di kita adalah hukuman yang membuat jera, jika dibuat mati maka akan hilang istilah efek jeranya, karena orangnya juga sudah mati. Ya walaupun itu dosen saya, namun saya berhak untuk tidak meneyetujui akan statmennya itu.

Saya pikir kita terlalu fokus pada 8 orang terpidana yang akan mati, membela habis-habisan untuk mereka, dan kita menutup mata pada 18000 orang yang meninggal pertahun, dan mungkin akan terus bertambah jika yang 8 itu tidak hilang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline