Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman Menyelami Modus Penipuan di Mall

Diperbarui: 15 Juli 2016   14:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pelaku sedang mencari korban"][/caption]

Ini adalah cerita nyata yang aku alami kemarin (9 Januari 2016) di salah satu mall. Nama mall sengaja tidak aku sebut karena dalam hal ini pihak mall mungkin tidak bersalah. Pagi itu, sekitar pukul 10:00 aku berniat membeli buku di Gramedia, sendirian. Aku menghabiskan waktu sekitar 2 jam di Gramedia untuk membaca-baca buku sebelum akhirnya aku memutuskan untuk membeli beberapa buku. Sekitar pukul 12:00 aku turun dari lantai dua menuju pintu keluar. Niatnya sih mau shalat dhuhur  dulu di Mushalla yang ada di dekat parkiran. Nah, di dekat pintu keluar itulah ada seorang wanita yang tiba-tiba menyapaku dan bertanya.

“Permisi mas... mas mahasiswa atau sudah kerja?” tanyanya. Secara spontan aku menjawab “udah kerja sih.”. Wanita itu lumayan cantik dengan mengenakan pakaian yang cukup modis. Kemudian, wanita tadi, sebut saja P1 (pelaku 1), menawarkan untuk mengisi daftar hadir sebagai laporan untuk perusahaannya. Aku pun –meski kurang paham maksudnya- menuruti saja ajakannya. “Toh apa ruginya sih menulis daftar hadir!” pikirku saat itu. Dia mengajakku ke tokonya. Toko tersebut ada di sebuah stand di dekat pintu keluar. Tampak beberapa orang berpenampilan rapi yang berjaga di sana. Tampak pula berbagai produk elektronik dan peralatan dapur seperti kompor listrik yang dipajang di atas meja.

Akupun lantas dipersilahkan duduk dan mengisi daftar hadir. Pada saat itulah aku diajak ngobrol santai. Dia mulai bertanya tentang kegiatanku, rumahku, sampai apakah aku sudah punya pacar atau belum, dan lain-lain. Setelah beberapa saat kami mengobrol santai, tiba-tiba datang kawan dari wanita tersebut, sebut saja P2, yang juga seorang wanita. Dia menawarkan kepadaku produk kompor listrik yang katanya akan dipamerkan di Mall tanggal 27 Januari 2016 yang akan datang. Sepertinya dia masih mau menjelaskan lebih panjang lagi tentang kompor listrik tersebut. Tapi saat itu aku menyela “Wah, kalau seperti ini sih aku tidak butuh. Mungkin ibuk-ibuk lebih membutuhkan”. Akupun berniat untuk meninggalkan toko tersebut, namun wanita itu, dengan nada sok akrab, memintaku duduk kembali. “Duduk dulu dong mas.. ayo ngobrol dulu...” katanya.

Tidak lama kemudian datanglah seorang wanita yang lain, sebut saja P3, setelah berbasa basi dengan gaya yang sangat friendly, dia bertanya apakah aku pernah mendapat bonus dari Bank atau belum. Akupun menjawab belum pernah. Kemudian dia berusaha mencari informasi tentang jumlah saldoku di ATM dengan pertanyaan yang sangat halus: “Gini, mas... kita ada kupon undian berhadiah dari perusahaan. Kalau beruntung, mas bisa dapat televisi gratis. Tapi sebelumnya mas sebutin dulu mas punya berapa poin. Kalau di ATM mas punya saldo 1 juta, berarti mas punya 1 poin. Kalau dua juta, berarti dua poin, dan seterusnya. Jangan sebutin saldonya mas, sebutin poinnya saja...” katanya.

Nah, sampai sini aku sudah yakin bahwa ini modus penipuan. Tapi aku masih ingin mengikuti alur permainannya. Meskipun mulai waspada, jangan sampai keceplosan menyebut nomor pin ATM. Akupun menyebut jumlah poin. Setelah itu, wanita tadi menyodorkan kartu undian untuk aku ambil. Aku mengambil satu kartu dan membukanya. Sebelum membuka, wanita tadi bilang “nanti kalo beneran dapat televisi traktir kami ya...hehe” katanya dengan nada sok akrab.

Aku buka kartu undian itu, dan terdapat tulisan bahwa aku mendapat voucher belanja sebesar 500 ribu. Setelah itu tiga wanita tadi bersorak kompak “Wah selamat ya mas... selain dapat vocher mas juga bisa membawa 3 produk kami secara gratis. Bisa dibawa langsung ke rumah mas”. Sampai di sini sebenarnya aku merasa bingung. Tapi aku ikuti saja alur permainannya. Setelah itu, wanita tadi memintaku untuk menunggu telepon yang katanya dari bosnya di perusahaan. Tak lama kemudian HP nya berdering. “Hallo pak, ini hadiahnya sudah saya sampaikan kepada konsumen... atau bapak mau berbicara sendiri? Kata wanita itu menyapa bosnya lewat telepon. Wanita itu lalu memberikan teleponnya kepadaku agar aku berbicara dengan orang yang katanya bosnya itu. “Hallo..” kataku. “Selamat siang... Wah selamat mas, anda mendapat kupon hadiah 500 ribu dan 3 produk kami senilai 9 juta..Sebagai bukti bahwa hadiah telah anda terima, kami mohon kesediaan dari anda untuk difoto...bla..bla..bla...”

Sebenarnya aku sudah tahu kalau ini hanya penipuan. Aku sudah jenuh dengan permainan ini. Benar-benar membuang waktu. Aku berpikir keras untuk bisa "melarikan diri" dari tempat ini secara elegan. Tapi aku sudah terjebak dalam permainan kata-kata tiga wanita tadi yang membuatku sulit untuk keluar dari situasi ini.

Setelah telepon ditutup, wanita tadi menyodorkan brosur dan memintaku untuk memilih 3 produk yang bisa aku bawa pulang.  Aku pun –dengan masih bingung- memilih kompor listrik, speaker, dan alat pijat refleksi  dengan total harga –sebagaimana tertera di brosur-  9 juta rupiah. Setelah itu, salah satu dari wanita tadi langsung membawakan tiga kardus yang berisi produk-produk yang aku pilih tadi. “Ini bisa mas bawa pulang langsung sekarang....” katanya. Sebenarnya akupun masih bingung. Tapi aku pikir “ya sudah lah, ambil saja toh gratis”. Saat aku hendak pulang membawa tiga kardus tadi, tiba-tiba aku diminta duduk lagi. Lalu wanita tadi menjelaskan peraturan baru lagi “Gini mas... Sebenarnya tiga dus yang senilai 9 juta ini bisa mas bawa pulang gratis dengan syarat mas harus menggunakan voucher yang mas dapat tadi sekarang. Mas kan tadi dapat voucher 500 ribu, nah mas bisa beli salah satu produk kami dan dapat potongan harga 500 ribu rupiah..” katanya.

Nah, akhirnya terbaca juga modusnya. Aku disodori brosur lagi yang berisi produk elektronik yang harus aku beli saat itu juga.  Semua produk itu berharga di atas 3 juta. Artinya, kalaupun aku ambil dengan potongan voucher yang aku dapat tadi, aku tetap harus keluar uang tunai di atas 2  juta. Lagi pula, aku tidak merasa butuh dengan barang-barang itu. Ketiga wanita tadi masih meyakinkanku. Katanya sih hanya mengeluarkan uang 2 juta, aku sudah bisa membawa hadiah senilai 9 juta. “Rugi banget mas kalo gak diambil kesempatan ini... kalau karyawan boleh ambil sih sebenarnya kami juga mau ambil” katanya.

Karena sudah bosan, aku mulai berpikir keluar dari permainan ini. Kebetulan saat itu aku membawa dua handphone. Diam-diam aku menelepon nomor handphoneku sendiri. Saat handphone berdering, aku pura-pura mengangkat telepon dari temanku  “Ya, Hallo... Apa?? Kamu sudah di dekat parkir..?? Oh iya tunggu sebentar!!” Akupun minta izin untuk ke parkir sebentar, meskipun setelah itu sudah pasti aku tidak kembali lagi, hehe. Akhirnya, aku berhasil lepas dari perangkap tipu-tipu ini. ***  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline