Lihat ke Halaman Asli

Fahri Faturahman

Aktivis Dakwah Muda Persis

Kupas Tuntas Makna Jahiliyyah

Diperbarui: 15 September 2022   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Umar Bin Khattab Radhiallahu 'anhu berkata :

"Sesungguhnya ikatan Islam hanyalah terurai satu per satu apabila di dalam Islam tumbuh orang yang tidak mengetahui perkara jahiliyah."

Sering kali kita memahami bahwa yang dimaksud dengan jahiliyyah adalah orang orang bodoh yang jauh dari kebenaran dan itu ditunjukan kepada bangsa arab sebelum islam. Padahal yang disebut dengan jahiliyyah tidak mengenal tempat dan waktu. Terlalu sempit jika kita memahami bahwa yang dimaksud dengan jahiliyyah itu adalah mereka orang-orang arab pra islam apalagi kalau sampai memahami bahwa jahiliyyah itu adalah bani Quraisy. 

Jahiliyyah ditunjukan kepada mereka bangsa arab sebelum islam karena mereka merupakan isu kasuistik kejahiliyahan yang dilakukan dimasanya, padahal tidak sepenuhnya yang terjadi disebelum islam itu negatif, ada nilai positif yang mereka lakukan dan itu di apresiasi serta di lestarikan setelah islam datang seperti pembelaan terhadap keluarga,menghormati tamu, dermawan,bersyair, menapati janji, berdagang, bertani, berternak dan lain sebagainya. 

Contoh kasus bahwa mereka dermawan adalah apa yang dilakukan oleh Abu Umayyah bin Mughirah ayahnya Ummu Salamah seorang pengusaha yang terkenal. Ketika melakukam perjalanan rombongan dagang dia melakukan kesepakatan dengan rombongan dagang lainya bahwa mereka boleh masuk kedalam rombonganya tapi syaratnya mereka jangan mengeluarkan biaya sedikitpun selama perjalanan. Itulah dahsyatnya kedermawanan orang orang yang kita kenal sebagai jahiliyah tapi masalahnya kedermawanan itu hanya semata mata untuk investasi dan reputasi agar mereka di hormati dan itu yang kemudian diperbaiki dalam islam. 

Contoh yang lainya seperti apa yang dilakukan oleh Amru Bin Hisyam atau yang sering kita kenal dengan nama Abu Jahal dia mengundang seluruh penduduk Makkah untuk menikmati jamuan yang telah disiapkanya dan itu dalam keadaan musim paceklik atau masa kesulitan. Sama halnya dengan Abdullah Bin Jud'an setiap malam dia selalu mengumunkan kepada penduduk Makkah bahwasanya barang siapa yang mau makan maka datang kerumah Abdullah bin Jud'an. 

Jadi masalah Jahiliyyah itu tidak terhenti pada isunya, bahkan isu-isu tertentu di level tertentu itu bisa positif. Maka yang jadi masalah dari jahiliyah itu adalah nilainya. Dalam artian jahiliyah itu bukanlah bodoh atau tidak berpengatahuan, bisa jadi jahil atau jahiliyah itu orang yang berpengetahuan cuman pengetahuan yang tidak seimbang, dalam artian pengetahuan yang keliru tidak kemudian sampai kepada hakikatnya tidak mengetahui sesuai dengan apa adanya (wahyu). 

Jahiliyah itu adalah sebuah nilai universal, tidak terpaku dengan waktu dan tempat. Bukan hanya jahiliyah Makkah atau jahiliyah Arab, melainkan berlaku kapan saja dan dimana saja  kejahiliyahan akan ada tanpa kita sadari. Jadi jahiliyah itu intinya ketika manusia tidak menjalani hidup dengan pedoman dan bimbingan wahyu. 

Kesimpulanya adalah Jahiliyah itu bersifat universal tidak terbatas kepada orang arab saja. Apa yang dilakukan oleh bangsa Arab pra islam itu hanya sedikit contoh kasus jahiliyyah yang terjadi di tengah masyarakat Arab dan itu tidak bisa dijadikan pembatas bahwa itulah Jahiliyyah. 

Wallahu a'lam Bishawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline