Lihat ke Halaman Asli

Fahri Dwi Ananta

Mahasiswa Ilmu Politik UI

Menjelajahi Dinamika Israel - Palestina Menggunakan Teori Orientalism

Diperbarui: 4 April 2024   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menjelajahi Dinamika Israel - Palestina Menggunakan Teori Orientalisme

Dalam sejarah peradaban manusia, ada beberapa peristiwa yang meninggalkan jejak yang menyedihkan, membentang hingga generasi-generasi berikutnya. Salah satunya adalah Al Nakba, sebuah tragedi yang terjadi pada tahun 1948 dan terus berlanjut menyebabkan kekacauan di Timur Tengah. Mulai dari pengusiran orang Palestina hingga serangan kekerasan yang tak kenal lelah, perjuangan untuk keadilan di Palestina telah memasuki fase baru, ditandai dengan puluhan tahun pendudukan, penindasan, dan pengusiran, hingga muncul frasa baru, genosida.


Latar Belakang Al Nakba:

Al Nakba, yang berarti "Bencana," menandai pengusiran dan pembantaian warga sipil Palestina pada tanggal 15 Mei 1948, ketika Israel menyatakan kemerdekaannya. Peristiwa ini menyebabkan kehancuran komunitas Palestina dan pemindahan permanen sebagian besar populasi Arab. Ini melibatkan eksodus sekitar 700.000 orang Palestina, penghancuran lebih dari 500 desa Palestina, dan penolakan hak-hak Palestina untuk kembali ke tanah air mereka. Istilah Nakba pertama kali diciptakan oleh Profesor Constantin Zureiq, yang menyoroti tragedi yang mendalam dan berkelanjutan yang dialami oleh rakyat Palestina. (BBC, 2023)

Konflik yang Berkelanjutan:

Sejak Nakba tahun 1948, konflik antara Israel dan Palestina tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Pengejaran tanah teritorial oleh Israel telah menyebabkan fragmentasi dan pengusiran penduduk asli Palestina. Peristiwa terkini, seperti serangan pada tanggal 7 Oktober, menunjukkan kekerasan yang terus-menerus dilakukan oleh Israel, yang menargetkan warga sipil tak berdosa, termasuk wanita dan anak-anak. Meskipun dikutuk oleh dunia internasional, media utama sering menggambarkan Hamas sebagai satu-satunya pihak yang memprovokasi, mengabaikan ketidakpuasan yang mendasarinya akibat puluhan tahun pendudukan dan penindasan Israel.

Warisan Orientalisme:

Untuk memahami kompleksitas konflik Israel-Palestina, kita harus menyelami dunia Orientalisme, sebuah konsep yang diuraikan oleh Profesor Edward Said dalam karyanya yang berpengaruh. Orientalisme merujuk pada konstruksi Barat tentang "Orient" sebagai eksotis, rendah, dan cenderung kekerasan. Said berargumen bahwa kerangka Orientalis ini mempengaruhi persepsi Barat tentang Timur Tengah, memperpetuasi stereotip, dan membenarkan intervensi imperialistik. Dengan menantang narasi Orientalis, Said berusaha untuk membongkar wacana hegemonik yang melegitimasi aspirasi Palestina dan memperpanjang siklus penindasan.

Dampak dan KontroversI Orientalism

Analisis revolusioner Said memicu debat intens dan kontroversi, mengubah wacana akademik tentang Timur Tengah dan teori pascakolonial. Kritiknya terhadap Orientalisme mengungkap bias inheren dan dinamika kekuasaan yang mendasari representasi Barat tentang "Orang Lain". Namun, warisan Orientalisme meluas di luar dunia akademis, membentuk persepsi publik dan strategi geopolitik di wilayah tersebut. Dengan mendekonstruksi narasi Orientalis, para sarjana dan aktivis berusaha untuk memperkuat suara Palestina dan menantang kekuatan hegemonik yang menjaga status quo penindasan dan ketidakadilan.

Mengapa Israel dan Gaza masih berperang?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline