Lihat ke Halaman Asli

Fahri Ali Ashofi

Anak masa lalu

Deng Jia Xi Pahlawan Muda Myanmar

Diperbarui: 5 Maret 2021   04:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. Gusdur

Politik yang melanda di Burma atau yang lebih dikenal Myanmar sejak 1 Februari 2021 berada dalam kekacauan, banyak dari masyarakat yang mengatasnamakan anti kudeta melakukan aksi demonstrasi besar-besaran untuk melawan rezim Tatmadaw. 

Tatmadaw dalam penjelasannya di Wikipedia adalah angkatan bersenjata di negara Myanmar. Angkatan ini berada dalam kendali Kementerian Pertahanan. Angkatan bersenjata Myanmar terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. 

Berlatar belakang dari hasil pemilu pada bulan November 2020 pihak yang kalah tidak legowo dengan dan mengklaim adanya kecurangan dalam pemilihan umum kemarin, hal ini menjadikan rakyat kecil sebagai korban kerakusan kekuasan politik di Myanmar. 

Kerusuhan yang terjadi di Myanmar menyebar keseluruhan pusat kota besar di Myanmar. Mereka menolak kudeta dan melawan para tokoh militer setempat. Hal ini tidak lepas dengan keinginan masyarakat Myanmar untuk tidak dipimpin oleh rezim militer. 

Momentum masyarakat Myanmar terpecahkan di pilpres bulan November 2020 dengan menangnya tokoh oposisi yang bernama Aung San Suu Kyi. Aung San Suu Kyi adalah putri dari Aung San, seorang tokoh pejuang kemerdekaan Myanmar yang terbunuh pada tahun 1947. 

Kemenangan yang dirasakan oleh masyarakat Myanmar dengan terpilihnya Aung San Suu Kyi tidak berlangsung lama. Tokoh militer dengan cepat menyusun strategi dan taktik (stratag) dalam upaya menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi. Terhitung hanya 3 bulan pasukan militer menyusun stratag dan kudeta militer pun mencuat dan menjadikan Myanmar sebagai pusat perhatian dunia. 

Berbagai serangan dan aksi demonstrasi dilakukan oleh masyakarat sipil melawan rezim militer. Banyak diantara mereka yang gugur untuk menyelamatkan negara dari jurang kehancuran. Diantaranya adalah Deng Jia Xi. 

Deng Jia Xi adalah seorang putri berusia 19 tahun yang mati memperjuangkan keadilan untuk negaranya. Dia adalah bagian dari demonstran anti kudeta yang lancar di lakukan oleh rezim militer saat ini. 

Deng Jia Xi adalah seorang mahasiswa aktif dan pernah juara taekwondo dan menari. Dalam melawan rezim militer yang dihadapinya dia tidak gentar dengan gas air mata, tembakan oleh aparat militer dan tetap tampil berani berada di garda terdepan untuk melawan dan melindungi teman-teman sesama demonstran. 

Semangat menegakkan demokrasi dalam jiwa pemuda adalah bara yang berharga. Keberanian untuk menghadapi aparat bersenjata adalah pertaruhan yang bisa ditukar nyawa kapan saja. Dia tahu itu, dan dia melakukannya. Dia mati demi menghendaki kehidupan yang lebih baik. Kehidupan untuknya, keluarganya, atau anak-cucunya kelak. Dia memperjuangkan haknya sebagai warga yang bebas mengutarakan pendapatnya, termasuk kehendak untuk memilih siapa pemimpinnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline