Lihat ke Halaman Asli

Proteksi Eropa Pasca Brexit

Diperbarui: 7 Maret 2024   16:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kembali ke Era Proteksionisme dalam Uni Eropa dan Brexit

Merkantilisme, sebuah sistem ekonomi yang menciptakan kebijakan proteksionisme untuk memperkuat ekonomi nasional, menjadi sorotan utama di Eropa, terutama setelah keputusan kontroversial Brexit. Perubahan dinamika perdagangan di Uni Eropa menciptakan gelombang proteksionisme yang tidak hanya mempengaruhi anggotanya tetapi juga merangsang pertanyaan tentang arah globalisasi.

Pada dasarnya, keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa, yang dikenal sebagai Brexit, dapat memiliki dampak pada sistem perdagangan dan ekonomi, termasuk sistem mercantilisme. Mercantilisme adalah doktrin ekonomi yang menekankan pada pentingnya akumulasi kekayaan nasional melalui surplus perdagangan, ekspor lebih banyak daripada impor, dan kontrol pemerintah terhadap perdagangan internasional.

Brexit dapat memengaruhi sistem merkantilisme dengan beberapa cara:

1. Perubahan dalam Keseimbangan Perdagangan: Brexit dapat memengaruhi keseimbangan perdagangan Inggris dengan Uni Eropa dan negara-negara lain. Dengan keluarnya dari Uni Eropa, Inggris mungkin menghadapi tantangan baru dalam menjaga atau meningkatkan surplus perdagangan, yang menjadi fokus utama dalam konsep mercantilisme.

2. Negosiasi Perjanjian Perdagangan Baru: Setelah Brexit, Inggris harus bernegosiasi perjanjian perdagangan baru dengan Uni Eropa dan negara-negara lain. Keberhasilan dalam merundingkan perjanjian-perjanjian ini dapat memainkan peran penting dalam mencapai tujuan merkantilisme, seperti meningkatkan ekspor dan memperoleh akses ke pasar yang menguntungkan.

3. Ketidakpastian Ekonomi: Proses Brexit telah menciptakan ketidakpastian ekonomi, yang dapat memengaruhi keputusan bisnis dan investasi. Dalam konteks merkantilisme, stabilitas ekonomi penting untuk mendorong ekspor dan investasi dalam produksi barang.

4. Pengaruh Mata Uang: Brexit juga dapat memengaruhi nilai tukar mata uang, yang dapat memiliki dampak langsung pada daya saing ekspor dan impor. Dalam kerangka merkantilisme, nilai mata uang yang rendah dapat memberikan keunggulan kompetitif dalam ekspor.

5. Pengaruh Regulasi dan Kontrol: Merkantilisme melibatkan kontrol pemerintah yang kuat terhadap perdagangan. Keluarnya Inggris dari Uni Eropa dapat memberikan lebih banyak kontrol kepada pemerintah Inggris dalam merancang kebijakan perdagangan mereka, termasuk regulasi dan kebijakan proteksionisme.

Namun, penting untuk dicatat bahwa efek Brexit terhadap sistem mercantilisme tidak dapat diprediksi secara pasti, dan dampaknya akan tergantung pada berbagai faktor, termasuk hasil perjanjian perdagangan yang dicapai, stabilitas ekonomi pasca-Brexit, dan kebijakan perdagangan yang diadopsi oleh pemerintah Inggris.

Sejak berdirinya Uni Eropa, visi perdagangan terbuka dan kolaboratif menjadi fondasi kuat. Namun, beberapa tahun terakhir, ada pergeseran yang mencolok menuju kebijakan proteksionisme, sejalan dengan prinsip-prinsip merkantilisme. Brexit, atau keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa, menjadi katalisator utama dalam mendorong negara-negara Eropa untuk mempertimbangkan ulang hubungan perdagangan mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline