Lihat ke Halaman Asli

Stop Menawar Pada Pedagang Kecil

Diperbarui: 10 Februari 2017   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jam menandakan pukul 15.00 ketika saya pulang dari tempat magang, kebetulan saya iseng-iseng melintasi pasar legi jombang untuk mampir mencari buah. Tanpa sengaja saya melihat seorang ibu yang sedang membeli sayuran pada pedagang sayur yang sudah cukup tua, mungkin sekitar enam puluhan tahun usianya. Agak aneh juga ketika saya melihat ibu tadi, dia membeli sayur yang sudah agak layu dan kering, yang dibelinya pun juga tidak sedikit yaitu satu plastik kresek besar. 

Saya jadi tertarik untuk mengikuti ibu tadi, sambal menenteng kresek besar ibu tadi menuju pangkalan becak yang ada dipinggir pasar itu, dan sebelum ibu tadi menaiki becak saya mencoba menghentikan langkah nya. “maaf bu, tadi saya lihat ibu kog beli sayuran yang sudah agak layu dan kurang bagus, padahal disebelahnya masih ada sayuran yang masih segar-segar” kemudian ibu itu tertegun sejenak, tapi kemudian tersenyum ramah. “walah….mbak ini kayak wartawan saja, itu tadi saya kasihan sama ibu penjual sayur itu, sudah sore begini masih banyak sayuran yang belum laku, ya saya beli saja, kalo tidak ada yang membelikan kasihan juga, dia jualan sayur seperti itu kan cari uang untuk keluarganya” kemudian dia memperkenalkan diri sebagai bu dian, yaitu seorang guru disebuah sekolah dasar dikota ini. 

“Trus mau ibu apakan sayuran sebanyak ini?” tanyaku lagi saking penasaran “ya sampek rumah sayuran ini saya siram dengan air, trus yang agak kering atau busuk saya buang trus saya masukkan kulkas sebentar, kan jadi segar kembali” jawab bu dian setengah agak mengejutkan ku “sebagian saya sayur sendiri dan sebagian lagi saya bagikan ketetangga, kalaupun mau disayur sendiri nggak bakalan habis, karena hampir setiap hari saya mampir ke pasar ini setiap pulang dari sekolahan” lanjutnya. Saya jadi semakin kagum dengan beliau yang berpenampilan sederhana dan begitu mulia hatinya. \

Sambil perjalanan pulang saya terus kepikiran dengan ibu guru tadi, kalo semua orang bisa bersikap seperti ibu tadi, tentu banyak ibu-ibu pedagang sayur yang terbantu. Yaa meski awalnya hanya karena kasihan, tapi sikap bu dian tadi adalah cerminan rasa peduli kepada sesama yang membutuhkan uluran tangan, bukan dengan mengemis tapi dengan cara kerja keras sebagai pedagang sayur. 

Saya jadi sangat setuju dengan “statemen”seorang penulis disebuah media “Stop Menawar Dagangan Pada Pedagang Kecil” dan sikap bu dian tersebut bisa jadi inspirasi buat kita semua untuk peduli kepada para pedagang kecil, karena sesungguhnya mereka itulah perempuan-perempuan tangguh yang mau bekerja keras demi kelangsungan hidup keluarga mereka, tanpa adanya sikap kepedulian kita, nasib mereka tidak akan berubah. Kalau mereka bisa mmemilih, menjadi pedagang sayur dengan modal pas-pasan tentu bukan pilihan mereka, mereka melakukan itu semata-mata karena tuntutan hidup. Mereka mungkin tidak butuh belas kasihan, tapi mereka butuh kepedulian kita. Terimakasih-- Jum'at 10 februari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline