Secara geografis, Indonesia terletak sebagai negara kepulauan di perjumpaan empat lempeng tektonik: Benua Asia, Benua Australia, Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik. Di bagian selatan dan timur, terdapat sabuk vulkanik yang membentang dari Pulau Sumatera hingga Sulawesi, dengan pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian besar diliputi rawa-rawa.
Kondisi ini memiliki potensi besar serta risiko bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa tingkat kegempaan di Indonesia jauh lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, mencapai lebih dari 10 kali lipat
Gempa bumi yang disebabkan oleh interaksi lempeng tektonik dapat menghasilkan gelombang pasang ketika terjadi di laut. Indonesia, dengan kondisi geografis yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik, seringkali menjadi sasaran tsunami. Mayoritas tsunami yang melanda Indonesia disebabkan oleh gempa tektonik di daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya.
Dalam rentang waktu 1600-2000, tercatat 105 kejadian tsunami di Indonesia, dimana 90 persennya dipicu oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi, dan 1 persen oleh tanah longsor. Wilayah pantai Indonesia, terutama pantai barat Sumatera, selatan Pulau Jawa, utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, Maluku, utara Irian Jaya, dan hampir seluruh pantai Sulawesi, rawan terkena bencana tsunami. Laut Maluku khususnya merupakan daerah yang paling rentan terhadap tsunami, dengan 32 kejadian tercatat dalam periode tersebut, dimana 28 diantaranya dipicu oleh gempa bumi dan 4 oleh letusan gunung berapi di bawah laut.
Pembangunan yang terutama mengandalkan pemanfaatan sumber daya alam, khususnya dalam skala besar, telah mengakibatkan berkurangnya keberlanjutan sumber daya ini bagi kehidupan masyarakat. Setiap tahunnya, sumber daya hutan di Indonesia semakin menyusut, sementara aktivitas eksploitasi mineral juga merusak ekosistem, yang seringkali berujung pada peningkatan risiko bencana secara fisik.
Industri minyak dan gas lepas pantai di Indonesia menghadapi tantangan besar terkait keamanan operasional karena risiko gempa bumi. Sebagai negara kepulauan yang terletak di persimpangan beberapa lempeng tektonik aktif, wilayah perairan lepas pantai rentan terhadap guncangan seismik yang dapat mengancam keberlangsungan operasi rig minyak. Sebuah penelitian terbaru menyoroti potensi risiko yang dihadapi oleh infrastruktur lepas pantai di Indonesia, menunjukkan perlunya upaya komprehensif untuk meningkatkan ketahanan rig minyak lepas pantai.
Desain struktur untuk anjungan lepas pantai melibatkan berbagai pertimbangan yang kompleks agar dapat berfungsi secara efektif dalam eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam seperti minyak dan gas alam. Struktur tersebut harus dirancang untuk dapat menangani berbagai kondisi lingkungan laut lepas yang beragam selama masa operasionalnya. Analisis dilakukan secara cermat dalam perencanaan struktur ini agar sesuai dengan standar desain yang ditetapkan.
Desain struktur diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan standar yang berlaku. Dalam situasi-situasi tertentu, iterasi digunakan sebagai metode untuk mengoptimalkan beberapa parameter struktur. Proses ini melibatkan perhitungan yang disesuaikan dengan kebutuhan, serta penyediaan gambar dan tabel untuk mempermudah visualisasi dan evaluasi.
Para peneliti ahli melakukan analisis mendalam terhadap kerentanan rig minyak lepas pantai terhadap ancaman gempa bumi di daerah lempeng tektonik yang aktif. Penelitian ini memiliki signifikansi karena Indonesia merupakan salah satu produsen minyak dan gas terkemuka di Asia Tenggara, dengan sebagian besar infrastruktur produksinya berada di perairan lepas pantai.
pergerakan lempeng tektonik yang aktif dapat memicu terjadinya gempa bumi dengan magnitudo yang signifikan. Guncangan seismik ini dapat menimbulkan kerusakan parah pada struktur rig, sistem pengeboran, serta komponen-komponen kritis lainnya