Lihat ke Halaman Asli

Fahnita Maharani

Mahasiswa D3 Manajemen Administrasi Universitas Sebelas Maret

Kontroversial Mendaki, Mencintai Alam atau Merusak Alam?

Diperbarui: 29 Juni 2024   01:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Akhir akhir ini kegiatan mendaki menjadi populer dikalangan masyarakat khususnya pemuda untuk mengapresiasi pada indahnya alam. Popularitas mendaki saat ini menjadi kontroversial sebab para pendaki nya malah merusak alam.

Mencintai Alam melalui kegiatan Mendaki

Para pendaki menganggap hal yang ia lakukan adalah apresiasi terhadap ciptaan tuhan dengan langsung merasakan keindahannya yang tidak bisa didapatkan dari tempat lain. Selain itu, mendaki membuat seseorang merasa lebih sadar akan pentingnya menjaga kelestarian alam misalnya dengan gerakan anti sampah dan penanaman pohon/reboisasi.

Mendaki juga memberi pengetahuan yaitu tentang tatanan ekosistem yang ada di hutan misalnya keberadaan flora dan fauna. Pengetahuan ini bisa meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan. Pendaki yang sadar akan pentingnya keberadaan ekosistem akan berusaha untuk tidak merusak alam selama perjalanan pendakian misalnya dengan membawa sampahnya turun kembali dan tidak membuka jalur baru dengan membabat hutan.

Untuk sebagian orang, mendaki juga merupakan kegiatan meditasi dan refleksi diri. Kesunyian dan ketenangan alam dapat membuat beberapa orang untuk menemukan kedamaian dan inspirasi.

Akibat yang ditimbulkan dari kegiatan Mendaki terhadap alam

Tak bisa dipungkiri, bahwa mendaki juga berdampak buruk pada alam. Melihat dari tren mendaki sekarang yang meningkat jumlahnya hal itu memberi tekanan untuk ekosistem di pegunungan. Misalnya dengan sampah sampah yang ditinggalkan oleh pendaki.

Selain sampah, kerusakan jalur pendakian juga menjadi masalah. Setiap langkah yang dipijak, hal sederhana ini dapat merusak vegetasi yang ada. Dan jika jumlah pendaki yang semakin meningkat tanpa pengelolaan yang baik, jalur pendakian bisa semakin rusak dan menyebabkan erosi tanah. Vegetasi yang rusak akan membutuhkan waktu lama untuk pulih, ada juga kerusakan yang bersifat permanen.

Pembuatan api unggun oleh pendaki di malam hari dapat memberi ancaman pada satwa liar yang ada dan juga menjadi pemicu kebakaran hutan. Putung rokok yang dibuang sembarangan pada musim kemarau khususnya bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran.

Pendaki yang tidak bertanggung jawab juga sering kali merusak flora dan fauna lokal misalnya dengan memetik bunga, vandalisme, dan juga menggangu satwa liar. Tindakan ini tidak hanya merusak keindahan alam, tetapi juga mengganggu keseimbangan ekosistem.

Mendaki adalah bentuk mencintai alam atau merusak alam?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline