Lihat ke Halaman Asli

Santri dan Globalisasi

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebelumnya saya inin mohon maaf terlebih dahulu jika tulisan saya ini kurang berkenan di hati para pembaca, saya hanya seorang pelajar tingkat SMA yang sedang belajar menulis tulisan yang menjadi luapan kumpulan tanda tanya yang berada di dalam pikiran saya. Dengan begitu, mohon pembaca memakluminya.

Belakangan ini banyak sekali terdengar berita tentang perilaku menyimpang para pelajar yang terjadi di berbagai kota di Indonesia. Media massa memberitakan kejadian tersebut dengan aktual dan dengan bahasa yang mudah dipahami, tetapi informasi yang saya dapatkan tidak membuat saya bisa menjawab pertanyaan yang selama ini menggerogoti pikiran saya. Apa latar belakang mereka berbuat seperti itu? Apa tujuannya? Dan bagaimana mencegah perbuatan ini agar tidak terjadi di kalangan pelajar lainnya?.

Mungkin pertanyaan tersebut bisa dijawab oleh para ahlki seperti psikolog dan sebagainya, dan bahkan orang awam atau orang yang bukan ahlinya dalam bidang ini juga bisa menjawabnya. Dengan jawaban yang sudah umum terdebgar seperti, "oh itu karena kurang penyuluhan dari gurunya", "itu karena kurang kasih sayang dari orang tuanya", atau "itu karena lingkungan tenpat tinggalnya yang buruk", dan lain sebagainya.

Kejadian ini pun tak luput mendera kelompok pelajar lain, yaitu para santri. Mereka yang dibekali ilmu agama oleh gurunya atau yang mereka sebut ustadz ini juga banyak yang berperilaku menyimpang, kejadian miris ini banyak terjadi di daerah-daerah di Indonesia.

Para santri yang dianggap bersih dan suci oleh masyarakat ini ternyata secara tidak terduga telah banyak terjerumus arus globalisasi yang tidak terkendali, mereka banyak yang menggunakan narkoba, minim minuman keras, bahkan hingga melakukan hubungan suami-istri tanpa ada ikatan pernikanan juga banyak dilakukan.

Kita kembali ke masalah awal, apakah santri ini kurang penyuluhan dari gurunya? Jawabannya tidak, bahkan lebih. Para Ustadz selalu membimbing mereka setiap hari, ilmu agama diberilkan secara intensif seharusnya dapat menjauhkan mereka dari perbuatan menyimpang. Lalu apakah lingkungan tempat tinggal mereka buruk? Jawabannya jelas saja tidak, para santri yang sebagian besar tinggal di pesantren yang mempunyai asrama ini pasti jauh dari lingkunagn yang buruk. Lingkungan agamis nan penuh kesejukan rohani itu selalu diselimuti kebaikan disana-sini. Tapi faktanya....?.

Hanya 1 kesimpulan yang dapat kita ambil, penyebab semua ini adalah arus globalisasi yang sangat deras dan tidak dapat terkendali. Modernisasi dimana-mana, dari mulai kelakuan, gaya hidup, hingga pola pikir yang sudah menjadi kebarat-baratan dan cenderung liberal. Mereka menganggap bila tidak melakukan ini semua maka mereka tidak akan dianggap oleh orang lain. Narkoba dan minuman keras pun dianggap dapat membebaskan diri dari stress dan frustasi yang menyerang, para kaum hawa menganggap penyerahan diri kepada sang kekasih adalah sebagai bukti cinta. Ya... cinta yang semu pastinya.

Oleh karena itu marilah kita sama-sama mencegah ini semua, agar generasi penerus bangsa kita tidak hancur moral dan akhlaknya. Dimulai dari diri sendiri, dan terus panntau anak-anak kita. Jangan sampai mereka terjerumus jurang kemaksiatan yang penuh dengan kegelapan. Bekali dengan ilmu agama yang lebih agar mereka bisa tahu dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Sekian, terima kasih...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline