Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Program Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Diperbarui: 23 September 2024   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

FAHMI HELMI RAHMANIA/191241071

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

           Sejarah perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia  berawal pada masa pemerintahan Belanda pada abad ke-16. Kesehatan Masyarakat di Indonesia dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti oleh Masyarakat Indonesia pada waktu itu. Untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut, vaksinasi pun mulai diberikan. Awalnya, vaksinansi cacar hanya diberikan bagi penduduk pribumi yang sehari-hari bergaul dengan orang Eropa. Namun pada akhirnya, vaksinasi juga diberikan kepada mereka yang tidak menolak pemberian vaksinasi. Kemudian pada September 1811 -- Maret 1816, Letnan Gubernur Thomas Stanford Raffles, salah satu pemimpin Inggris yang berkuasa saat itu, mulai mengembangkan wilayah pemberian vaksinasi cacar di daerah Jawa.

           Pada tahun 1807, di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels di Hindia Belanda, angka kematian bayi sangat tinggi. Untuk mengatasi masalah ini, Daendels mengambil langkah dengan mengadakan pelatihan praktik persalinan bagi dukun bayi, yang pada saat itu merupakan satu-satunya tenaga non-medis yang dapat membantu proses persalinan. Ini dilakukan sebagai upaya untuk menurunkan tingginya angka kematian bayi karena kurangnya profesional tenaga Kesehatan. Pada tahun 1930, dilakukan pendaftaran terhadap dukun bayi untuk mengatur dan meningkatkan peran mereka dalam menolong dan merawat persalinan.

Lalu pada tahun 1851 didirikan sekolah kedokteran di Jakarta yang bernama STOVIA (School Tot Opleding Van Indiche Arsten) yang sekarang menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan pada tahun 1913 didirikan sekolah kedokteran kedua yang berada di Surabaya bernama NIAS (Nederland Indische Arsten School) yang sekarang dikenal menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Pada tahun 1888 didirikan laboratorium pusat di Bandung  yang mempunyai peranan sangat penting dalam dalam langkah menunjang memberantas penyakit malaria, lepra, cacar dan malaria bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi dan sanitasi.

Pada tahun 1950, Indonesia mulai diterima bergabung ke dalam organisasi Kesehatan dunia seperti WHO dan UNICEF. Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota lembaga kesehatan internasional, maka perkembangan usaha kesehatan masyarakat di Indonesia mulai mengalami kebangkitan Kembali. Bersamaan dengan rencana diadakannya Konferensi Asia-Afrika (KAA) pertama di Bandung, maka atas gagasan dr. Leimena dan dr. Patah, lahirlah "Bandung Plan" di bidang kesehatan masyarakat gagasan-gagasan tentang pentingnya penyelenggara pusat-pusat kesehatan masyarakat bahwa dalam pelayanan masyarakat aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan dalam sistem pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun di Puskesmas. Pada tahun 1956 dr. Y. Sulianti mendirikan Proyek Bekasi yang mana Proyek keterpaduan pelayanan Kesehatan pedesaan dan pelayanan medis. Pada tahun 1967 dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan kesehatan masyarakat terpadu tentang konsep Puskesmas yang disampaikan oleh dr. Achmad Dipodilogo. Akhirnya pada rapat kerja kesehatan nasional tahun 1968, Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau masyarakat.

          

         Dapat disimpulkan bahwa  sejarah perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia berawal dari masa pemerintahan Belanda pada abad ke-16 dengan upaya pemberantasan penyakit menular seperti cacar dan kolera melalui vaksinasi. Selama masa kolonial, langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat terus berkembang, termasuk pendirian sekolah kedokteran seperti STOVIA di Jakarta dan NIAS di Surabaya, serta laboratorium pusat di Bandung untuk mendukung pemberantasan penyakit dan pengembangan kesehatan masyarakat. Setelah kemerdekaan, Indonesia mulai aktif berpartisipasi dalam organisasi kesehatan dunia seperti WHO dan UNICEF, yang mendorong kebangkitan kembali usaha kesehatan masyarakat. Inisiatif-inisiatif penting seperti "Bandung Plan" dan Proyek Bekasi menggarisbawahi pentingnya pelayanan kesehatan yang menyatukan aspek kuratif dan preventif, yang akhirnya melahirkan konsep Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan terpadu yang mudah diakses oleh masyarakat luas.

KATA KUNCI : Indonesia, Kesehatan, Puskesmas, Vaksin

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline