Lihat ke Halaman Asli

fahmi hakiki

tukang sambat

Klenteng Eng An Kiong dan Kerukunan di Sekitarnya

Diperbarui: 18 Maret 2022   00:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa antarmanusia saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia satu dengan manusia lainnya harus saling membantu jika ada yang membutuhkan pertolongan. 

Pertolongan disini harus dalam konteks kebaikan. Tidak boleh saling membantu dalam  hal keburukan. Meskipun setiap manusia memiliki latar belakang yang berbeda tetap harus saling membantu. Semuanya tetap memiliki kesamaan. Kesamaan yang paling mudah dilihat adalah sama-sama manusia.

Sama halnya dengan sikap saling toleransi. Terutama toleransi antar umat beragama. Dengan adanya perbedaan kepercayaan tetap tidak boleh ada yang saling menghalangi ketika penganut agama lainnya akan melakukan proses ibadah. Antar umat beragama harus tetap saling menghargai dan saling membantu atas dasar kemanusiaan. Karena memang sama-sama manusia.

Indonesia merupakan negara yang dikenal dunia memiliki banyak keberagaman. Mulai dari suku, bahasa, adat, budaya, ras, dan agama. Di Indonesia ada 6 agama yang diakui secara resmi oleh negara. Ada Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Pada artikel kali ini saya akan menulis sedikit mengenai agama Kong Hu Cu di Indonesia dan pandangan mereka tentang toleransi beragama di Indonesia.

Kong Hu Cu sebenarnya adalah nama seorang ahli filsafat dari negeri Cina. Ajarannya yang terkenal menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintah agar melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyatnya dengan perilaku yang baik.

Kong Hu Cu lahir pada sekitar tahun 551 SM di kota Lu yang sekarang berada di provinsi Shantang. Kong Hu Cu sudah ditinggalkan ayahnya sejak kecil dan dibesarkan hanya oleh ibunya. Selama masa hidupnya Kong Hu Cu mengajarkan pokok-pokok ajarannya yang mengandung unsur pembentukan akhlak yang mulia bagi bangsa Tiongkok. Meskipun Kong Hu Cu menghindari pembicaraan tentang ketuhanan, namun Kong Hu Cu tetap mempercayai Tuhan Yang Maha Esa yang dianut oleh para pengikutnya.

Kota Malang dapat disebut sebagai miniatur negara Indonesia dalam hal keberagaman suku, bahasa, adat, budaya, ras dan agama. Hal ini dapat terjadi karena Kota Malang merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia. Dengan menjadi kota besar secara tidak langsung hal tersebut akan menjadi daya tarik para pendatang yang jumlahnya tidak sedikit baik dari kalangan mahasiswa ataupun pekerja. Tentunya para pendatang ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Mulai dari perbedaan suku, bahasa, adat, budaya, ras, maupun agama.

Di Kota Malang terdapat 1 tempat peribadatan agama Kong Hu Cu yang bernama Klenteng Eng An Kiong. Klenteng ini berada di jalan Laksamana Martadinata nomor 1 Kotalama, Kedungkandang, Kota Malang. Klenteng ini sudah ada sejak tahun 1825. Memiliki luas sekitar 5000 meter persegi dan memiliki 99 patung dewa-dewi atau dalam bahasa mereka adalah kiem siem atau rupang di seluruh ruangannya. Klenteng Eng An Kiong juga memiliki kesamaan dengan klenteng pada umumnya yang didominasi warna merah dan kuning  keemasan.

Salah satu pemuka agama Kong Hu Cu di Kota Malang yaitu Anton Priyono menjelaskan makna warna merah yang melambangkan kehidupan dan kebahagiaan. Beliau juga menyebutkan bahwa Klenteng Eng An Kiong ini tidak hanya dipakai oleh umat Kong Hu Cu saja, namun juga dipakai oleh para penganut agama Tao dan Buddha. Saya juga baru tahu hal ini ketika saya dan beberapa teman saya pergi mengunjungi Klenteng Eng An Kiong. Tidak hanya menjelaskan tentang klenteng saja namun beliau juga menjelaskan tentang beberapa ajaran agama Kong Hu Cu.

Beliau menuturkan bahwa dalam agama Kong Hu Cu juga mengajarkan tentang kerukunan. Ada salah satu ajaran dari Nabi Kongzi yang menyatakan bahwa tanpa adanya kerukunan pada keluarga, maka tidak akan ada kerukunan pada masyarakat, jika tidak ada kerukunan pada masyarakat, maka tidak akan ada kerukunan pada negara dan tidak akan ada persatuan yang dapat tercapai. Dengan hal itu maka perdamaian di dunia tidak akan tercapai bila tidak ada kerukunan di dunia.

Dari ajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kerukunan antar umat beragama di Indonesia khususnya di Kota Malang sangat penting. Tingkat kondusifitas di Kota Malang saat ini sudah bagus. Tidak ada satupun perpecahan dari salah satu agama yang ada di Kota Malang. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline