Lihat ke Halaman Asli

Cahaya Kemerdekaan

Diperbarui: 28 Juni 2024   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Pada suatu senja yang berdebu, di kota yang terluka oleh lamunan masa lalu, terdengar gemuruh langkah-langkah rakyat yang tak lagi bisa dibendung. Mereka mengalir seperti sungai yang meluap setelah hujan deras. Di sudut-sudut kota yang sunyi, terdapat gerombolan kecil yang bersiap-siap, membawa semangat yang membara, menggelorakan cita-cita yang memerdekakan.

Di dalam ruang sempit yang dipenuhi dengan bau kertas dan tinta, seorang pemuda dengan mata yang bersemangat dan hati yang penuh keyakinan duduk di meja kayu tua. Ia dikelilingi oleh beberapa orang tua yang bijak, yang memberinya nasihat dan dukungan. Mereka adalah para pemimpin dari berbagai lapisan masyarakat, yang bersatu padu dalam cita-cita yang sama: kemerdekaan.

Pemuda itu adalah Soekarno, seorang pemimpi dan penggerak yang gigih. Di sampingnya, seorang lelaki tenang dengan jenggot putih yang terhormat, Mohammad Hatta, berdiri siap mendampingi setiap langkah perjuangan. Mereka telah merumuskan sebuah deklarasi, sebuah pengumuman yang akan mengubah nasib bangsa selamanya.

Pada saat matahari terbenam dan keramaian kota mulai mereda, tanpa penundaan lagi, mereka bangkit berdiri di hadapan ribuan orang yang telah berkumpul dengan penuh harap. Soekarno menatap mereka dengan mata berbinar, suaranya bergema melalui udara senja yang hangat.

"Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia."

Kata-kata itu menggetarkan hati setiap pendengar. Mereka yang hadir, dari yang muda hingga yang tua, dari yang kaya hingga yang miskin, merasakan kehangatan sebuah janji baru. Mereka mengibarkan bendera merah putih dengan penuh kebanggaan, sebagai simbol persatuan dan cita-cita yang tak terbatas.

Namun, di balik sorot mata yang bercahaya, tersembunyi juga tantangan besar. Belum usai bunyi kata-kata proklamasi itu, kegelapan menyelinap perlahan. Tertanamlah dalam benak mereka bahwa perjuangan belum berakhir. Begitu banyak rintangan dan ujian yang menanti di depan.

Namun, pada saat itu, dalam momen yang meriah dan penuh semangat, mereka memutuskan untuk merayakan awal dari perjalanan panjang menuju kemerdekaan sejati. Di balik langit senja yang mulai meredup, terbentanglah cahaya baru bagi bangsa Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline