"Batam yukk?"
Celetukkan asal yang keluar dari mulut teman yang sedang bored menghabiskan masa cutinya. Sebagai teman yang baik tentu merespon ajakan tersebut dengan kata-kata "hayuukk" meski setengah berdusta, hehe.
"Pakai apa?" sambutku
"Motor saja, via darat!"
"haaa!!!"
Belum pernah terbayang olehku Jambi - Batam via darat/laut, selama ini moda transportasi yang ku ketahui hanyalah via udara.
Kamis, 26 Desember 2019, setalah mencari informasi melalui blog dan menelpon teman yang ada dikuala tungkal untuk informasi keberangkatan kapal akhirnya perjalanan dimulai dari Kota Jambi menuju Tanjung Jabung Barat menggunakan kendaraan roda dua jenis matic dengan cc 155 warna kuning yangku beri nama Bumblee Bee Caster. Perjalanan memakan waktu 4 jam, harusnya bisa lebih cepat namun cuaca yang tidak mendukung ditengah-tengah perjalanan menyebabkan kami harus berhenti sejenak.
Setibanya di kuala tungkal kami memutuskan untuk membeli tiket terlebih dahulu sebelum makan siang. Tanpa kami kira sebelumnya antrian sungguh membludak ramai semerawutan, kami mencoba antri dengan rapi dan damai sembari bertanya pada salah seorang calon penumpang lainnya dari informasi yang kami dapat sudah beberapa hari belakangan ini jumlah penumpang menuju batam naik 2 kali lipat. Setelah satu setengah jam kami mengantri kami dapatkan juga sebuah kertas yang mempu membuat kami tembus dari sergapan para penjaga pintu.
Harga tiket sekali sebrang untuk menumpang kapal roro tergolong murah; hanya 135.000 untuk 1 unit kendaraan golongan I (sepeda motor) dan 85.000 untuk penumpang.
pukul 16.00 Wib, kapal yang kami tumpangi mulai meninggalkan dermaga, ada yang kurang dari perjalanan via laut ini perjalanan ditempuh cukup menyita waktu selama 17 Jam namun terlepas dari itu kita akan disuguhi pemandangan dan pengalaman yang sangat berharga. 17 jam diatas kapal membuat kami sangat merindukan daratan, bukan tanpa alasan karena ini kali pertama menaiki kapal setiap goncangan dan gelombang yang kami rasakan membuat darah berdesir seolah kapal ini akan karam seperti pada film yang biasa saya tonton setiap akhir tahun dilayar kaca, Titanic.