Tiga hari lalu, teman kantor saya sempat uring-uringan akibat anaknya mengeluh sakit. Setelah diperiksa dokter, anaknya tersebut divonis mengalami migrain. Cukup mengagetkan karena yang selama ini kita tahu bahwa migrain bukan hanya masalah yang diderita oleh orang dewasa. Nyatanya, sebanyak 56 persen anak laki-laki ternyata menderita migrain, dan sisanya dialami oleh anak perempuan berusia 12 hingga 17 tahun.
Kejadian yang dialami oleh teman kantor saya terbilang wajar, karena terkadang orangtua khawatir apabila anaknya menderita migrain kemudian berpikir bahwa hal tersebut merupakan masalah serius, seperti tumor otak. Hal tersebut sama sekali tidak benar. Meski demikian, tetaplah penting bagi orang tua untuk mengenali gejala, menemukan pengobatan yang tepat, dan membuat anak Anda menjadi nyaman meskipun mengalami migrain.
Lalu apa yang menyebabkan nyeri kepala dan migrain pada anak maupun remaja? Berdasarkan Okezone, banyak anak yang mengalami nyeri kepala karena flu ataupun demam. Kondisi lain yang dapat menyebabkan nyeri kepala yang berat, termasuk sinusitis serta infeksi tenggorokan dan telinga. Untuk migrain, baik peneliti maupun dokter belum mengetahui apa penyebab pastinya. Meski demikian, mereka meyakini bahwa migrain berhubungan dengan perubahan fisik dan zat kimia di otak serta faktor genetik.
Sekitar 70 persen anak pengidap migrain juga memiliki anggota keluarga yang mempunyai migrain. Bahkan mereka memiliki pemicu migrain yang sama dengan anggota keluarganya, seperti gangguan kelelahan, cahaya yang benderang, serta perubahan cuaca. Berdasarkan hal yang dialami oleh teman kerja saya, pencetus lain kenapa anaknya mengalami migrain bisa karena stres, kecemasan, depresi, perubahan pola tidur, suara yang nyaring, atau beberapa makanan.
Terlalu banyak aktivitas fisik atau terpapar matahari juga dapat menyebabkan migrain pada beberapa anak. Sementara itu, anak perempuan bisa terkena migrain karena perubahan hormon ketika mereka mengalami haid. Sehingga jika anak Anda memiliki migrain dan berlangsung terus-menerus, segeralah berkonsultasi pada dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H