Lihat ke Halaman Asli

Fahmi Saefudin

Introvert Personality

Belajar berpolitik disekolah

Diperbarui: 3 Januari 2022   13:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita sudah tidak asing dengan istilah politik kita juga sering mendengarnya dikehidupan sehari-hari baik dimasyarakat, disekolah, dimana saja. Sebagai warga negara yang baik politik sendiri menjadi suatu hal yang perlu dipahami oleh kita semua. Namun, sayangnya contoh implementasi politik sering kita abaikan begitu saja terutama dibidang pendidikan.  
Politik didefinisikan sebagai asas, haluan, usaha serta kebijaksanaan tentang pembinaan, baik mulai dari perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, hingga pengendalian, untuk bisa mencapai tujuan tertentu.  untuk bisa mencapai tujuan tersebut tentu dibutuhkan sebuah strategi, Strategi itu sendiri adalah cara yang dibutuhkan untuk bisa melaksanakan politik agar bisa mencapai sasaran yang telah ditetapkan. 

Disekolah kita sudah sering mempelajari politik terutama ditingkat SMP dan SMA. Di sekolah tersedia dua wahana bagi pendidikan politik, yaitu: Mata pembelajaran ilmu sosial dan kewarganegaraan yang mencakup pelajaran PPKn, sosiologi, sejarah, dan pelajaran ilmu sosial lainnya. Mata pelajaran ini sangat memungkinkan untuk menguatkan cara pandang mengenai politik yang demokratis. Alasan pentingnya untuk mempelajari pendidikan politik disekolah antara lain agar anak-anak tumbuh menjadi generasi pemilih di masa depan sehingga saat sekolah penting bagi mereka diajar proses politik yang tepat selain itu Politik telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terpisahkan bahkan dari dunia pendidikan. Perkembangan teknologi yang semakin pesat dengan beredarnya berbagai platform seperti, youtube, instagram, facebook, vlog dan seterusnya  semakin mengencangkan pemberian informasi politik kepada generasi pelajar. 

Dalam pelajaran PPKn  sangat memungkinkan untuk menguatkan cara pandang mengenai politik yang demokratis. Untuk metode pendidikannya sendiri, tidak dapat dilakukan melalui pembelajaran satu arah, di mana guru berceramah dan siswa hanya menyimak sembari mencatat. metode pendidikan seperti ini hanya akan menumbuhkan mental kaku dan rentan indoktrinasi, karena minimnya kesempatan dialog antar guru dan murid yang berarti murid sedikit sekali kesempatan berbagi pandangan pribadinya.
Proses pembelajaran politik yang lebih tepat adalah melalui paparan masalah. Fenomena politik sehari-hari disajikan di kelas untuk kemudian diperdebatkan secara kritis. disini siswa akan lebih kritis dalam memandang setiap persoalan. Pola pikir kritis tersebut memungkinkan generasi muda untuk menyaring dan mempertanyakan kebenaran dari setiap informasi yang diterima yang artinya generasi muda akan lebih kebal dari berita hoax dan pintar dari perspektif politiknya.

Selanjutnya adalah dengan mengikuti kegiatan organisasi seperti OSIS atau yang lainnya. Dengan mengikuti kegiatan organisasi, siswa berlatih menyampaikan argumentasi dengan pandangan dan paradigma yang berbeda, dan saling berlomba argumen demi tujuan bersama. Selain itu disekolah juga biasanya terdapat pemilu yakni pemilihan ketua OSIS maupun ketua kelas, Metode semacam ini jauh lebih tepat guna bagi kedewasaan berpolitik siswa. Mereka berkesempatan untuk mengetahui, memetakan, dan memahami permasalahan nyata dimasyarakat. 

Nah dengan itu semoga semakin terasah kemampuan kita sebagai calon guru untuk  bisa melibatkan politik di dalamdunia pendidikan dan mulai menumbuh kembangkan generasi masa depan bangsa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline