Lihat ke Halaman Asli

Abd Ghoni Fahmi

Mahasiswa UIN KHAS Jember

Makna Kepemimpinan Berdasarkan Hadits Nabi

Diperbarui: 2 Juni 2023   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kepemimpinan bisa disebut sebagai teknik dari seorang pemimpin (ketua) dalam memandu, memotivasi serta mengendalikan segala unsur-unsur dalam kelompok atau badannya untuk mencapai sasaran (visi) organisasi yang diinginkan, sehingga menghasilkan prestasi anggota yang optimal. Dengan meningkatnya prestasi anggota mengindikasikan tercapainya hasil kerja individu atau anggota dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Keahlian dan keterampilan seorang pemimpin sangat penting dalam memotivasi anggotanya untuk bekerja lebih efektif. Seorang pemimpin memegang peran yang sangat penting dalam menentukan arah tujuan organisasi, karena untuk mencapai tujuan organisasi, perlu menerapkan peran kepemimpinan yang konsisten terhadap situasi kerja yang dihadapi. Selain itu, seorang pemimpin harus berusaha menciptakan dan menjaga hubungan yang baik dengan bawahannya agar mereka dapat bekerja secara produktif. Dengan demikian, secara tidak langsung motivasi karyawan semakin meningkat.

Tugas utama seorang pemimpin adalah untuk memimpin, mengarahkan, membimbing, menginspirasi, mengelola organisasi, membangun hubungan yang baik, melakukan pengawasan secara teratur, dan membimbing bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memastikan bahwa bawahannya termotivasi untuk bekerja lebih baik. Kepemimpinan juga merupakan cara untuk mempengaruhi kelompok atau bawahan untuk bekerja sama dengan semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Keberhasilan suatu organisasi tergantung pada efektivitas kepemimpinan dalam membangkitkan semangat kerja pegawai terhadap tugas dan tanggung jawab mereka. 

Sebagaimana tercantum pada hadits nabi Muhammad SAW:

Shahih Al-Bukhori nomor 2.409 halaman 120 juz 3. 

: : : : :  

Artinya: "Abu Al-Yaman menceritakan kepada kami, Syu'aib mengabarkan kepada kami, dari Al-Zuhri berkata: Salim telah mengabarkan kepadaku, dari 'Abdullah bin 'Umar ra. sesungguhnya dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanyakan kepemimpinannya, maka seorang imam adalah pemimpin dan akan ditanyakan kepemimpinannya, dan lelaki dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan ditanyakan kepemimpinannya, dan perempuan dalam rumah suaminya adalah pemimpin dan akan ditanyakan kepemimpinannya, dan pembantu dalam harta tuannya adalah pemimpin dan akan ditanyakan kepemimpinannya." Dia bertkata: maka aku mendengar sedemikian rupa dari Rasulullah SAW dan sosok nabi Muhammad SAW bersabda: dan lelaki dalam harta ayahnya adalah pemimpin dan akan ditanyakan kepemimpinannya, maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian dan akan ditanyakan kepemimpinannya."

Adapun makna yang terkandung dalam  hadits riwayat Shahih Al-Bukhori nomor 2.409 halaman 120 juz 3 tersebut adalah sebagaimana berikut ini:

Pada intinya, hadits di atas membahas mengenai moral kepemimpinan dalam agama Islam. Hadits tersebut menjelaskan bahwa moral yang paling mendasar dalam kepemimpinan adalah tanggung jawab. Semua orang yang hidup di dunia ini dianggap sebagai pemimpin. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, mereka semua memiliki tanggung jawab, minimal terhadap diri mereka sendiri. Seorang suami bertanggung jawab atas istrinya, seorang ayah bertanggung jawab atas anak-anaknya, seorang pengusaha bertanggung jawab atas pekerjanya, seorang atasan bertanggung jawab atas bawahannya, dan seorang presiden, bupati, atau gubernur bertanggung jawab pada rakyat yang dipimpinnya, dan seterusnya.

Namun, di sini tanggung jawab tidak hanya berarti menyelesaikan tugas tanpa meninggalkan dampak (atsar) pada yang dipimpin. Lebih dari itu, tanggung jawab seorang pemimpin adalah untuk memastikan kesejahteraan orang yang dipimpinnya. Sebab, kata ra'a secara harfiah berarti gembala dan ra'in berarti pengembala. Sebagaimana seorang pengembala, pengembala harus merawat, memberi makan, dan mencari tempat berlindung bagi hewan yang digembalanya. Intinya, seorang pemimpin bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dipimpinnya.

Namun, kisah gembala ini hanyalah sebagai perumpamaan, dan manusia jelas berbeda dengan hewan. Oleh karena itu, menggembala manusia tidak sama dengan menggembala hewan. Kemampuan berpikir yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia memberikan keunggulan bagi manusia untuk merawat dirinya sendiri, tanpa perlu bergantung pada orang lain. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan oleh hadis di atas adalah bahwa setiap orang adalah pemimpin yang bertanggung jawab atas kesejahteraan dirinya sendiri. Dengan kata lain, seseorang harus bertanggung jawab untuk mencari nafkah atau memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, tanpa bergantung pada orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline