KH. Abdurrahman Wahid yang kerap dipanggil dengan Gus Dur merupakan presiden Indonesia ke-4. Sebagai presiden Indonesia Gus Dur sering kali dikenal dengan tokoh penggagas dari konsep Pluralisme, dimana konsep ini merupakan sikap saling menghargai ataupun menghormati satu sama lain tanpa membeda-bedakan agama guna mewujudkan masyarakat yang harmonis.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwasannya Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari kepulauan. Terdapat banyak keanekaragaman budaya didalamnya baik agama, suku, bahasa, ras, dan adat istiadat. Gus Dur sebagai presiden ke-4 Indonesia yang pernah berjaya pada masanya memiliki peran sejarah yang sangat penting dalam persatuan keberagaman bangsa Indonesia.
Salah satu peren dari presiden Indonesia ke-4 ini dalam mempersatukan keberagaman bangsa Indonesia adalah meresmikan agama Konghucu sebagai salah satu agama resmi di Indonesia.
Pada awal mulanya agama ini tidak diterima oleh pemerintahan Indonesia, namun dengan latar belakang mencintai kemanusiaan dalam penegakan HAM (Hak Asasi Manusia) Gus Dur meresmikan agama Konghucu sehingga menjadi agama resmi di Indonesia serta memiliki status dan kedudukan yang sama dengan agama lain yang diakui oleh bangsa Indonesia.
KH. Abdul Wahab ketika memulai dakwahnya di pelosok Papua, diberi fasilitas sebuah rumah yang biasa digunakan sebagai base camp. Pemilik dari rumah tersebut adalah seorang katolik, yaitu bapak Antonius Rahail.
Bapak Antonius Rahail memberikan sedemikian fasilitas kepada KH. Abdul Wahab yang pada hakikatnya beliau merupakan umat beragama Islam karena bapak Antonius Rahail menghormati seorang Gus Dur yang juga umat beragama Islam.
Baginya Gus Dur telah banyak berjasa bagi rakyat Papua, karena telah mengembalikan martabat rakyat Papua dengan mengganti nama "Irian" menjadi "Papua". Selain itu, beliau juga banyak melindungi kebebasan beragama. Cerita ini dikutib dari buku karangan Rijal Mumazziq Zionis M., Hi. Yang berjudul "Kiai Kantong Bolong"
Latar belakang sekaligus cerita diatas tak mengelak dari bukti bahwasanya Gus Dur merupakan tokoh Pluralisme. Namun dalam upaya memperkuat persatuan bangsa Indonesia, tak sedikit masyarakat yang beranggapan negatif kepadanya. Juga dalam upanya mendamaikan anatara umat Islam dengan umat Kristen di Maluku.
Tak jarang dari berbagai media Informasi baik itu berita di TV, Koran, sekaligus buku Bacaan yang menudingkan berita miring kepadanya bahkan memfitnahnya. Dalam merespon hal tersebut, Gus Dur tak mau ambil pusing. Beliau hanya menanggapi dengan jawaban "Biarin saja, wong mereka itu juga mencari penghasilan sebagai nafkah.