Lihat ke Halaman Asli

Abd Ghoni Fahmi

Mahasiswa UIN KHAS Jember

Gus Dur Tokoh Pluralisme dan Humanisme

Diperbarui: 27 April 2022   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mabesliriklagu.blogspot.co.id

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman budayanya baik suku, etnis, maupun agama. Dengan adanya perbedaan seperti ini tentunya bisa mengakibatkan terjadinya perpecahan selain itu, penduduk Indonesia memiliki hak dan kewajiban sebagai warga negara, dimana dalam hal ini tentunya mereka memiliki kebebasan dalam  memilih agamanya sesuai kepercayaan mereka.

KH. Abdurrahman Wahid yang masyhur dengan panggilan Gus Dur merupakan tokoh pluralisme dan humanisme. Beliau juga merupakan presiden k-4  dan sekaligus cucu dari pendiri NU (Nahdlatul Ulama) sekaligus pendiri pesantren Tebu Ireng Jombang yakni, KH. Hasyim Asy'ari, dari pemikiran sang kakek Gus Dur menginginkan supaya Indonesia memliki sikap toleransi, terutama toleransi dalam perbedaan agama.

Pluralisme adalah sikap saling menghargai ataupun menghormati satu sama lain tanpa membeda-bedakan agama, guna mewujudkan masyarakat yang harmonis. Sedangakan humanisme adalah memperjuangkan pergaulan hidup yang lebih baik berdasarkan asas kemanusiaan.

Agama yang harus diakui dan dilindungi keberadaannya di Indonesia itu ada enam yakni, Islam, Protestan, Katholik, Hindu, Budhha dan Konghucu. Pada awalnya agama Konghucu ini tidak diterima oleh pemerintah karena minoritas, namun ketika Gus Dur menjadi presiden beliau meresmikan agama Konghucu tersebut merupakan agama yang berhak dilindungi keberadaannya di Indonesia, karena beliau sangat mencintai kemanusiaan dedikasinya yang tinggi dalam menegakkan HAM (Hak Asasi Manusia) pembela kaum minoritas.

Gus Dur sering melepas formalisme agama sebagaimana beliau sering keluar masuk ke dalam gereja dalam rangka menyambung kemanusiaan dan tak jarang beliau sering membela terhadap agama minoritas sekaligus sering bergaul dengan para pendeta ddan biksu, karena hal itu Gus Dur seringkali dicap murtad oleh kelompok-kelompok fundamental.

Gus Dur mengajarkan kepada manusia bahwa agama dan kemanusiaan itu merupakan dua hal yang menyatu, maka dari itu kita tidak boleh saling menyalahkan dalam hal agama, karena setiap individu memiliki kepercayaan berbeda-beda. Agama Islam sendiri telah mengajarkan sikap toleransi dalam segala hal, terutama dalam hal kepercayaan memilih agama itu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline