Sepintas jika kita membaca judul diatas, pasti kita sering mendengar kata tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya kata "ngerti" (jawa) atau dalam bahasa Indonesia adalah "tahu". Kata "tahu" mengandung arti bahwa setiap setiap perilaku baik pemikiran atau tidakan yang dilakukan haruslah dimengerti dengan sedalam-dalamnya. Artinya tahu apa yang diperbuat dan tahu apa yang dilakukan tidak asal melangkah.
Dalam pendidikan kata "ngerti" atau mengerti menunjukan bahwa kita harus menyadari betul apa kekurangan kita, mengerti hal apa yang harus kita perbuat agar tidak menyimpang dari norma dan nilai. Dengan prinsip mengerti kita diberitahu tentang akal bahwasannya sebagai manusia harus berpikir dan membuka akal seluas-luasnya mana yang benar dan buru. Tidak hanya akal, hati urani kita diajak untuk tahu mana nilai yang baik dan buruk itu yang diambil.
Mengerti ini secara maksud adalah penyampaian kesadaran diri dalam mendidik. Kita pasti tahu nilai dan norma apa yang akan diambil. Salah dan benar itu adalah mutlak dari suatu pilihan yang tercermin dalam akal. Maka sewajarnya laku mendidik harus mengerti dan mengarahkan ke perilaku-perilaku yang baik.
Laku mendidik adalah tingkah laku yang diberikan dalam mendidik seseorang. Seseorang disini adalah manusia yang berakal sehat dan memiliki hati nurani bersih.
Dalam mendidik konsep dasar "ngerti" harus ditanamkan sejak awal karena menjadi dasar kepekaan seseorang. Orang yang peka dengan akal pikirannya pasti akan mengetahui mana yang baik dan buruk. Ngerti apa kesalahannya sehingga mau belajar dari orang lain. Sebagai contoh: "apakah menyontek saat ujian itu diperbolehkan?"
Dari contoh tersebut menjadi cerminan bahwa perilaku tidak baik harus di jauhi. Oleh karenanya prinsip "ngerti" ini harus dibekali kepada anak dari sejak awal agar anak tahu apa yang salah dan apa yang harus dilakukan. Disinilah kewajiban guru atau pendidik yang harus meluruskannya dengan cara memberikan nasiah-nasihat yang baik agar anak tahu perbuatan mana yang salah. Inilah yang menjadi awal mula dari mendidikan yang benar.
Apalag jika kita pahami pendidikan adalah belajar sepanjang hanyat, maka konsep "ngerti" orang yang belajar harus peka terhadap lingkungan. Disini sebenarnya peran dari seorang guru atau pengajar yang haru memberikan motivasi jangan sampai pendidik juga tidak tahu apa yang harus diperbuat atau hanya terpaksa mendidik tanpa menghiraukan nilai-nilai.
Walapun sejatinya pendidikan sudah terkonsep dalam alam keluarga, alam sekolah, dan alam masyarakat/lingkungan, tetap saja tanpa pemahaman "ngerti" seorang anak tidak akan tergores bagus di kertas putih yang rapih. Sebaliknya, anak akan akan tumbuh pemikiran radikal jauh dari norma dan nilai. Itulah betapa pentingnya pendidikan tanpa "ngerti" maka tidak cukup dalam mendidikan anak.
Menjadi pendidik harus menjadi niatan semua orang. Kalau pendidikan kita akan sukses dan berhasil maka konsep "ngerti" harus selalu diutamakan dalam setiap hembusan nafas. Tidak hanya mereka yang sedang belajar, kita sebagai pendidik harus tahu diri setiap kesalahan dan kekuarangan serta harus mau belajar.
Caranya adalah dengan memahami setiap nilai yang ada dan mau mengamalkan apa yang kita perbuat untuk pendidikan. Itulah sebenarnya buah dari pendidikan. Buah akan masak kalau di rawat dengan benar. Begitupun pendidikan akan masak kalau setiap mereka yang belajar dapat "ngerti" kekurangannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H