Studi penerapan manajemen pengetahuan pada pengawas ini merupakan hasil kajian dan analisis dari makalah yang telah dipresentasikan dan didiskusikan. Makalah ini diterjemahkan dari buku William R. King dengan judul Knowledge Managemenet And Organizational Learning (2009). Dalam buku tersebut menjelaskan bahwa penggunaan manajemen pengetahuan sangat penting dalam upaya untuk meningkatkan organisasi. Setelah dianalisis secara mendalam, penulis mengiplementasikan ke dalam pendidikan, yakni mengambil pengawas sekolah sebagai sudut pandang dalam merumuskan masalah dan menghubungkan dengan kinerja.
Seorang pengawas sekolah agar berhasil dalam menjalankan tugasnya, harus memiliki kompetensi pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan untuk mengarahkan, serta mengedukasi. Dalam prakteknya, peran pengawas sekolah dalam menjalankan tugasnya masih terkendala oleh berbagai kepentingan yang menyebabkan kinerja tidak maksimal. Peran pengawas adalah memberikan bimbingan, bantuan, dan mengarahkan orang yang diawasi. Dalam melaksanakan peran tersebut dibutuhkan suatu komunikasi yang baik dengan tujuan supaya orang yang diawasi memiliki pemahaman dan pengetahuan dari pengawas sekolah.Disini, manajemen pengetahuan merupakan salah satu alat yang bisa digunakan untuk menjembatani dan menghubungkan diantara kedua orang yang terlibat dalam proses pemahaman bersama untuk pencapaian tujuan. Penerapan manajemen pengetahuan sangat penting, mengingat perlunya seorang pengawas bagaimana mampu memberikan pengetahuan kepada orang yang diawasi dan mampu memberikan pemahaman untuk lebih meningkatkan kinerjanya.
Pengawas sekolah adalah seorang yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kinerja sekolah. Kinerja yang diawasi berupa guru dalam mengajar siswa (kemampuan dalam menerangkan materi, membuat model pembelajaran, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa), sekolah dalam mengelola kinerja (administrasi, staf personil), dan sekolah mampu merancang (kurikulum untuk peserta didik dan mengembangkan materi bahan ajar). Kesemuanya itu membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh pengawas sekolah.
Dalam praktiknya pengawas sekolah memiliki hambatan dalam menjalankan tugasnya. Hambatan itu biasanya datang dari guru maupun pengawas seperti guru ketika disupervisi tidak melaksanakan pengajaran yang baik, waktu dalam melaksanakan pengawasan sering terkendala oleh kepentingan lain, dan pelaksanaan pengawasan sering tertunda pengawasannya. Selain itu, sering terjadi misperception diantara pengawas dan guru dalam memberikan pengarahan. Pengarahan berupa membuat rencana dan program untuk pelaksanaan pengajaran. Seringkali, baik guru maupun pengawas sekolah tidak memahami bagaimana seharusnya program itu dijalankan, rencana apa yang akan disusun, dan bagaimana pelaksanaanya.
Persoalan di atas perlunya melakukan evaluasi untuk perbaikan. Evaluasi tersebut diharapkan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja pengawas sekolah. Peran manajemen pengetahuan sangat menentukan untuk memberikan penilaian dan informasi sebagai upaya perbaikan kinerja pengawas sekolah.
Mengelola transfer pengetahuan tacit
Dalam meningkatkan kinerja, seorang pengawas harus memiliki ide kreatif, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam dirinya. Kemampuan tersebut menjadikan bekal bagi pengawas sebagai pengetahuan yang bisa digunakan untuk melaksanakan tugasnya terutama membimbing dan mengarahkan. Aspek pengetahuan tacit memiliki berbagai tingkatan tacit, dengan beberapa pengetahuan yang dengan mudah ekplisit. Sementara pengetahuan lainnya tersembunyi di dalam individu.
Pengetahuan dan keterampilan pengawas harus selalu ditambah sebagai bekal pengawas dalam meningkatkan kompetensi dalam dirinya. Dalam meningkatkan kompetensinya seoarang pengawas harus belajar. Proses belajar pun bisa diperoleh dari mana saja, baik sekolah, perguruang tinggi, lingkungan masyarakat, dan dari pengalaman profesinya. Semakin pengawas memiliki banyak pengetahuan yang tersimpan dalam benak atau pikirannya, maka semakin berbobot kualitas pengawas. Disamping memiliki kemampuan yang baik, pengawas harus mampu menstrasnfer pengetahuannya. Apabila pengawas berhasil dalam menstrasnfer pengetahuan bisa dikatakan pengawas tersebut benar-benar profesional.
Pengawas sekolah dalam melaksanakan tugasnya harus memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam membimbing. Pengetahuan yang dimiliki harus ditransfer kepada orang yang diawasi, supaya mereka memiliki pencerahan dalam menjalankan tugasnya dan tidak lagi terjadi kesalahan. Trasnfer pengetahuan ini perlu dilakukan untuk peningkatan kinerja pengawas sekolah. Menurut Levinthal and March (King 2009) Transfer pengetahuan tacit adalah kegiatan diskresioner yang mengikuti jalur resistensi. Oleh karena itu, kemudahan trasnfer merupakan waktu dan usaha yang dihabiskan untuk membantu orang lain memahami sumber pengetahuan, dan merupakan faktor penentu dari keberhasilan proses transfer.
Dalam buku William R. King (2009) mengatakan ada tiga kemudahan trasnfer kognitif sebagai berikut; Pertama, Kemudahan transfer tergantung pada kompleksitas pengetahuan tacit yang ditrasnfer. Pengetahuan tacit adalah konstekstual dan menciptakan ambiguitas dalam trasnfer. Kedua, Kemudahan trasnfer tergantung pada kerjasama dengan penerima cerdas untuk memahami dan menyerap pengetahuan baru. Ketiga, Kemudahan trasnfer tergantung pada kemampuan sumber untuk menstrasnfer. Dalam operasi pengetahuan tacit, individu berfokus pada tujuan sementara ia mengembangkan kesadaran.