Malam itu terasa begitu dingin, sekujur tubuhku mengigil maklum sedang musim dingin menjelang pergantian musim aku diberi kamar dengan fasilitas double bad dengan seprei berwarna putih bersih yang membentang kearah selatan kulihat ada selimut tebal yang terbuat dari wall dalam lemari berwarna hitam coklat setinggi dua meter kemudian kulihat diatas meja ada pemanas ruangan yang sudah manyala sehingga sedikit membantu untuk menghangatkan tubuh dan siap mengahantarkanku memasuki alam mimpi.
Tanpa berpikir panjang kurebahkan tubuhku untuk melepas penat setelah menempuh perjalalanan seharian mulai dari Jakarta kemudian transit di kuala lumpur maklum sebelum menuju pesawat yang akan membawaku terbang ke bandara tribuvan Kathmandu seluruh penumpang diperiksa oleh petugas bandara semua jenis logam harus dimasukkan ke dalam mesin pemeiksa khusus termasuk sepatu harus dilepas, namun petugas mebiarkanku melewati gerbang pemeriksaan karena sepatu kulit hitam yang kukenakan dilihat aman Cuma ikat pinggang yang kulepas , sesampainya dipesawat five star milik Malaysia aku duduk di kursi nomor 22E namun aku meminta duduk dipinggir jendela dengan harapan bisa melihat pemandangan walaupun kutau agak jauh, disebelahku duduk mahasiswa asal Nepal yang kuliah disalah satu universitas di Australia yang juga hobi mengabadikan setiap pemandangan dengan kamera XLR nya.
Sebelum mendarat pesawat yang kami tumpangi sempat berputar-putar diatas langit Kathmandu karena diselimuti kabut namun ahirnya pesawat berhasil mendarat mulus, semua penumpang bertepuk tangan kegirangan ,
dibandara tribuvan suasana lain mulai terasa cuacanya begitu dingin untung saja Jaket krem sudah membalut tubuhku, seluruh penumpang diangkut mengunakan bus ukuran besar menuju gerbang kedatangan, Khusus untuk turis semua diminta mengisi formulir dengan pas foto ukuran 4x6 untuk mendapatkan visa on arrival untuk 15 hari dengan tarif $25.
Setelah semua urusan perizinan dan lainnya usai aku menuju gerbang kedatangan disanan sudah ada yang menjemput dengan spanduk bertuliskan seventh youth peace ambassador sehingga kekhawatirankupun berkurang, setelah saling menyapa aku dan seorang teman satu pesawat yang juga dijemput ternyata sama-sama dari Indonesia, kami diminta untuk menunggu penumpang dengan pesawat lain yang juga akan menginap di Hilltake hotel resort and spa di bakhtapur.
Malam Mulai larut televisi flat warna hitam yang tergantung di sebelah utara persis disebelah kamar mandi yang dilengkapi dengan water heater dan wc jongkok warna Putih nan begitu bersih dan mengkilap,wastafel yang dilengkapi dengan kaca rias, hair dryer dan kaca bulat mirip spion mobil yang bisa diputar-putar serta ruang kamar mandi dengan dinding kaca warna bening sebagai penyekat dengan ruangan lainnya, kulihat semua acara televisi terdiri kurang lebih 68 chanel dengan program berbahasa Nepal, india,dan Pakistan meski ada beberapa televise berbahasa inggris namun aku memilih program music berbasa Nepal sebagai teman penghantar tidurku
Aku tertidur cukup lelap ditemani lagu yang tidak kumengerti sama sekali artinya namun musiknya begitu indah menurutku.
Ditengah malam menjelang subuh aku bermimpi melaksanakan sholat mengahadap keutara 271 derajat dari utara akau langsung terbangun karena kebetulan belum melaksanakan sholat magrib dan subuh langsung kuambil wudlu dengan air hangat lalu kutunaikan kewajibanku dengan cara jamak takhir yaitu mengahirkan sholat diman sholat magrib dilaksanakan diwaktu Isya dan isyanya aku qoshar dimana hanya dilaksanakan dua rakaat dan ini berlaku untuk musafir seperti saya.
Seusai sholat aku tidak kembali lagi ketempat tidur kuintip dari balik jendela suasan masih terlihat gelap karena password wifi gratis yang diberikan pihak hotel tidak bisa diakses sehingga mendorongku untuk turun dan meminta bantuan, sesuai informasi singnal wifi yang bagus itu ada di restoran bagian bawah.
Seusai sholat subuh kubawa laptop dan handphone ku menapaki satu persatu anak tangga menuju restoran dingin begitu luar biasa tubuhku terasa membeku jari-jariku terlihat kecut namun kupaksakan agar terbiasa dengan dingin karena aku harus menjalani hari di Nepal selama Sembilan hari (Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H