Lihat ke Halaman Asli

Tanamkan Kompetensi sejak Anak Sekolah Dasar, Bukan Kompetisi!

Diperbarui: 15 November 2018   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto : jagran.com

Memiliki anak usia Sekolah Dasar membuat hati para orang tua dag dig dug. Pasalnya banyak yang meyakini bahwa pada saat usia SD adalah usia anak harus menunjukkan bakat bakatnya. Pada saat PPDB (Pendaftaran Peserta Didik Baru) maka orang tua akan berlomba lomba searching sekolah dasar favorit menurut "netijen". Yang akhirnya yang menjadi korban adalah anak mereka sendiri.

Orang tua beranggapan (kebanyakan ibu ibu) bahwa anak mereka harus sekolah di tempat yang favorit, elit, dan dianggap berkualitas. Mereka bahkan rela membayar "mahal" demi si anak bisa lolos dan masuk di sekolah dasar ternama. Wahai para orang tua yang budiman, ketauhilah bahwa tidak seharusnya kita menjadikan anak sebagai ladang dalam memperoleh eksistensi diri. 

Sebaiknya sejak anak masuk usia operasional konkret anak lebih dulu dikenalkan pada kompetensi bukan kompetisi. Para orang tua juga sering menuntut anak supaya mengikuti lomba x,y,z supaya mereka terkenal dan dianggap pandai. Hal seperti inilah yang seharusnya mulai kita kikis dari sekarang. Sudah hukum alam bahwa barometer kesuksesan seseorang lebih dulu diukur melalui seberapa cerdas dan banyaknya prestasi seseorang, bukan seberapa kompeten anak tersebut. 

Bahkan tidak heran orangtua memarahi dan memasukkan anak ke tempat bimbel bimbel favorit supaya si anak bisa memperoleh juara kelas. Hal ini yang membuat saya semakin miris setiap harinya. Anak yang tidak juara kelas akan dipandang sebelah mata tapi anak yang yang berprestasi akan disanjung dimana mana.

Mari kita lihat arti dari kompetensi dan kompetisi. Kompetensi adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan memaknai suatu pekerjaan atau suatu pengetahuan, sedang kompetisi adalah suatu upaya berlomba lomba supaya memperoleh kemenangan. Anak yang terbiasa di didik dengan kompetisi sejak kecil maka peluang terbesarnya adalah anak tersebut bisa putus asa. 

Apabila orangtua terus menekankan sifat kompetisi pada anak maka yang terjadi adalah anak akan terbebani dengan keadaan tersebut dan membuatnya tidak maksimal dalam masa perkembangannya. Anak akan terus memaksakan diri diluar kemampuannya sehingga bisa menimbulkan frustasi pada diri anak tersebut.

Oleh sebab itu mari kita biasakan untuk tidak membiasakan berkompetisi pada diri anak, mengarahkan anak pada suatu perlombaan memang tidak ada larangan, namun sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan anak dan diberi motivasi supaya anak tidak kecewa dan tidak mudah down saat hasil yang didapat tidak sesuai keinginan.

Usia Sekolah Dasar juga merupakan usia sebaiknya anak membagi waktu antara belajar, bermain, dan istirahat. Usahakan jangan memaksakan anak supaya belajar terus menerus hanya agar dapat embel embel nilai yang sempurna, karena nilai yang sempurna tidak akan menjamin nantinya anak akan menjadi apa. Dikisahkan dalam film "i am not stupid" orangtua yang terlalu memaksakan pendidikan kepada anak dengan anak harus bisa masuk ke kelas unggulan dan mendapat nilai yang sempurna, namun yang didapat oleh orang tua bukannya anak yang cerdas sesuai ekspetasi mereka malah anak mereka terjerumus dalam lingkaran kenakalan karena mereka merasa bosan terus menerus diatur oleh orangtua. 

Maka dari itu bisa kita ambil pembelajaran bahwa menekankan kompetensi sejak dini kepada anak sangatlah penting, selain kita bisa melihat bakat apa yang dimiliki anak, ia juga bisa tumbuh dan berkembang sesuai kemampuan yang dimiliki dan memaksimalkan bakatnya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita tidak membanding bandingkan prestasi anak di sekolah, tapi lebih mendukung kemampuan apa yang anak miliki saat di sekolah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline