Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Resepsi Pernikahan, Ajang Bergengsi "Nyangoni Penganten"

Diperbarui: 26 September 2018   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Pesta pernikahan merupakan hal lazim bagi masyarakat mulai dari masyarakat kota, desa hingga pesisir pantai. Bahkan banyak dari mereka saat mengadakan pernikahan ingin menampilkan hal hal  unik yang nantinya bisa menjadi ikon tersendiri dalam pesta mereka.

Pesta ini biasanya disebut dengan "resepsi" pernikahan, sebenarnya resepsi bukanlah hal yang sakral atau diharuskan ada dalam pernikahan. Karena hal yang paling penting dalam pernikahan adalah acara ijab qobul.

Yaitu dimana pengantin pria mengucapkan ijab qobul didepan penghulu dan orang tua pengantin wanita. Kegiatan ini cukup dilakukan di masjid atau rumah pengantin wanita dan dihadiri oleh keluarga dekat saja.

Bagaimana tentang Resepsi Pernikahan?

Dewasa ini resepsi pernikahan semakin diperbincangkan oleh masyarakat luas. Bahkan banyak tamu undangan yang menilai suksesnya dan romantisnya pasangan pengantin dari megahnya acara resepsi pengantin tersebut.

Semakin megah resepsi maka semakin besar pula apresiasi yang diterima oleh si pengantin. Hal inilah yang menyebabkan semakin tahun maka orang akan berlomba lomba dalam mengadakan resepsi pernikahan mulai menyewa dekor mewar, mengundang WO kondang bahkan menyewa tempat yang mahalnya selangit.

Resepsi juga menjadi ajang gila gila dan cari pamor untuk para tamu undangan. Semakin besar duit dikeluarkan maka akan semakin banyak pujian yang dituai. Bahkan yang lagi ngetrend di masyarakat desa ada istilah "ngijoli". Jadi para tamu undangan akan memaksimalkan uang yang diberikan kepada pengantin supaya nantinya apabila mereka mengadakan acara seperti itu akan mendapat imbalan yang setimpal.

Lalu Bagaimana Dampak ke Masyakat?

Munculnya hal semacam itu menyebabkan respon yang berbeda beda. Bagi kalangan menengah ke atas hal seperti itu akan menjadi lumrah. Mereka sudah jauh jauh hari mempersiapkan bagaimana konsep pernikahan dan biaya yang akan dikeluarkan. Nah yang menjadi permasalahan adalah untuk kalangan menengah ke bawah. Adanya resepsi yang saat di masyarakat dituntut megah menjadikan beban tersendiri. Bahkan ada yang sampai hutang "ngalor ngidul" supaya terwujudnya resepsi impian masyarakat.

Kejadian seperti ini menjadikan daftar panjang pemicu tindakan tindakan negatif di masyarakat. Untuk orang yang tidak memiliki cukup biaya dalam mengadakan resepsi mereka bisa mencapai jalan pintas.

Maka tidak heran jika pemuda pemuda nekat melakukan hal hal yang merugikan masyarakat seperti mencuri, merampok dll. Resepsi juga bukan suatu acuan bahwa pengantin yang melakukan resepsi mewah maka rumah tangga mereka akan langgeng dan damai. Fenomena yang banyak terjadi adalah semakin banyak biaya yang dikeluarkan resepsi, justru kemungkinan munculnya konflik dan peluang perceraian semakin lebar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline