"Ah payah banget, gini aja aku nggak bisa", "Apa yang salah dari diriku?", "Aduh, gimana ya, sebenarnya nggak bisa, tapi kalau aku nolak, nggak enak juga. Kan dia temanku!".
Terkadang disadari atau tidak, pemikiran-pemikiran seperti itu muncul dan membuat kita merasa bahwa kita tidak berharga. Padahal apa yang dipikirkan orang lain mengenai kita, belum tentu seperti apa yang diri kita khawatirkan.
Lantas kenapa semua itu bisa terjadi? Jawabannya bisa dikarenakan kebiasaan overthinking, self-esteem yang rendah, dan kurangnya self-appreciation. Kebiasaan ini memicu pemikiran dalam diri kita sehingga kita cenderung merasakan khawatir yang berlebih ketika memandang suatu masalah, merasa bahwa orang lain selalu tampak lebih baik dari kita, dan kebiasaan membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Selain itu, seringnya memelihara pemikiran-pemikiran negatif akan membentuk diri kita menjadi seseorang yang cenderung berusaha sekuat tenaga untuk menyenangkan orang lain meskipun itu berarti harus mengorbankan diri sendiri, seseorang seperti ini disebut dengan people pleaser.
Meskipun keinginan untuk menyenangkan orang lain adalah hal yang positif, menjadi people pleaser yang berlebihan dapat menyebabkan dampak negatif terhadap mental health sehingga terkadang disadari atau tidak, kita menjadi keras terhadap diri kita sendiri atau dapat dikatakan "red-flag/toxic" ke diri sendiri. Lalu apa sih sebenarnya yang dinamakan dengan "red-flag" itu sendiri?
Red-flag
Red-flag dapat diartikan sebagai pertanda yang menggambarkan kumpulan sifat atau sikap yang kemungkinan sudah tidak sehat atau berjalan ke arah negatif atau bahkan toxic. Istilah ini biasanya dipakai di media sosial untuk menyebutkan salah satu karakter seseorang yang dianggap merugikan orang lain.
Namun, apakah red-flag hanya ditujukan terhadap suatu hal yang merugikan orang lain? Tentu tidak. Realitanya, saat ini banyak dari kita yang sulit mengakui bahwa kita sebenarnya telah menjadi red-flag atau bahkan toxic terhadap diri sendiri dengan dalih menyenangkan orang lain.
Dengan kebiasaan kita mengabaikan red-flag ke diri sendiri, lambat laun mental health kita pun terdampak. Ketika mental health kita terdampak, tidak jarang tubuh seperti memberikan sebuah tanda peringatan yang memberi tahu kita bahwa ada sesuatu yang mungkin tidak berjalan dengan baik atau ada masalah yang perlu diperhatikan.
Red-flag ke Diri Sendiri
Kebanyakan anak muda zaman sekarang terlalu membesarkan rasa tidak enakan. Kita cenderung tidak mampu mengontrol kapan kita harus menerima atau menolak, biasanya karena rasa takut akan "tidak disukai" dan rasa ingin diterima di lingkungan. Lalu apa saja hal red-flag lain yang kadang tidak disadari kita lakukan ke diri sendiri?
- Toleransi akan hal yang sudah jelas salah.
Demi mempertahankan mereka di hidup kita, kita cenderung mentoleransi akan hal yang sudah jelas salah. "Kenapa sih kok bisa mereka memperlakukan dan menyakiti aku dengan hal yang sama berulang-ulang kali?", jawaban atas pertanyaan tersebut bisa jadi karena kita secara sadar atau tidak telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan hal tersebut.
- Mempertahankan orang-orang yang salah, hanya karena takut kesepian
Ketika kita mempertahankan orang-orang yang salah hanya karena takut kesepian, apakah rasa kesepian itu benar-benar hilang? Bukankah justru kita merasa lebih buruk ketika sudah ada yang menemani namun kita tetap merasa kesepian?
- Self-talk
Hati-hati dengan self-talk! Kadang kita tidak suka dan merasa takut untuk dijudge orang lain, tanpa kita sadari kita yang sudah terlebih dahulu men-judge diri kita.