Lihat ke Halaman Asli

Muhammad fahim yahya

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Mbah Sholeh Prasung

Diperbarui: 4 Desember 2024   15:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

mbah sholeh prasung ini merupakan masih keturunan dari kanjeng sunan gunung jati, pada trah kerajaan kasepuhan, pada waktu 

Mbah Sholeh Prasung, atau yang juga dikenal dengan sebutan Mbah Lebih, merupakan tokoh ulama karismatik yang sangat dihormati di Desa Prasung, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Beliau diyakini sebagai salah satu murid dari Sunan Ampel, salah satu Walisongo yang berjasa besar dalam penyebaran Islam di Jawa. Sebagai figur sentral dalam sejarah Desa Prasung, Mbah Sholeh tidak hanya dikenal sebagai pendakwah ulung, tetapi juga sebagai pelopor yang membangun fondasi fisik, spiritual, dan sosial desa.  

Menurut cerita turun-temurun, Mbah Sholeh memulai dakwahnya di wilayah yang pada masa itu berupa hutan belantara. Dengan semangat dan tekad yang luar biasa, ia memimpin proses babat alas, membuka hutan untuk dijadikan pemukiman yang kini dikenal sebagai Desa Prasung. Nama "Prasung" sendiri memiliki asal-usul unik, berasal dari fenomena penggunaan perahu berbentuk lesung oleh masyarakat saat menghadapi banjir di daerah tersebut. Transformasi wilayah ini bukanlah sekadar perubahan geografis, tetapi juga simbol perjuangan Mbah Sholeh dalam membawa masyarakat dari kegelapan kejahiliyahan menuju cahaya Islam.  

Sebagai murid Sunan Ampel, Mbah Sholeh dikenal memiliki pendekatan dakwah yang arif dan bijaksana. Beliau menyelaraskan nilai-nilai Islam dengan tradisi lokal, sehingga ajarannya diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Dakwahnya tidak hanya berfokus pada ibadah, tetapi juga mencakup aspek sosial dan pembangunan moral. Salah satu peninggalan beliau yang paling monumental adalah Masjid Baitul Muttaqin, yang dibangun sekitar tahun 1847. Masjid ini bukan hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga tempat pendidikan dan interaksi sosial. Generasi demi generasi menjadikan masjid ini sebagai simbol persatuan umat dan kebangkitan Islam di Desa Prasung.  

Selain dikenal sebagai pendakwah, Mbah Sholeh juga memiliki pengaruh besar dalam membangun karakter masyarakat Desa Prasung. Kehadirannya tidak hanya membentuk komunitas Muslim yang kuat, tetapi juga menanamkan nilai-nilai gotong-royong dan kebersamaan. Hingga kini, tradisi haul Mbah Sholeh tetap dilestarikan sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya. Haul ini diadakan setiap tahun pada Jum'at Wage di bulan September. Kegiatan tersebut mencakup berbagai acara keagamaan, seperti simak Al-Qur'an yang melibatkan masyarakat dari seluruh Kabupaten Sidoarjo, khataman Al-Qur'an di mushola-mushola desa, tahlil akbar, dan pengajian di makam beliau. Tradisi ini bukan hanya refleksi atas dedikasi Mbah Sholeh, tetapi juga menjadi momen mempererat tali silaturahmi antarwarga.  Dalam perjalanan sejarahnya, Mbah Sholeh juga tercatat berkontribusi dalam melawan penjajahan Belanda. Setelah perang Diponegoro, ia melanjutkan perjuangannya melalui penyebaran Islam dan pembangunan masyarakat. Meskipun tidak tercatat secara rinci dalam dokumen resmi, peran beliau dalam memberikan semangat kepada masyarakat menghadapi kolonialisme sangat dirasakan. Namun, Desa Prasung menghadapi tantangan besar setelah agresi militer Belanda kedua pada tahun 1947. Kehancuran ekonomi dan pendidikan membuat banyak penduduk tidak mendapatkan akses pendidikan yang layak, menyebabkan tingginya tingkat buta huruf di desa tersebut.  

Namun, semangat yang diwariskan oleh Mbah Sholeh menginspirasi generasi berikutnya untuk bangkit. Pada tahun 1949, para pemuda jebolan pesantren mendirikan madrasah diniyah sebagai upaya mengentaskan kebodohan dan memperkuat pemahaman agama masyarakat. Meski madrasah tersebut tidak bertahan lama karena kendala operasional, tekad untuk membangun pendidikan tetap hidup. Pada tahun 1957, didirikan Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama' (MINU), yang kemudian berganti nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darul Hikmah. Lembaga pendidikan ini menjadi tonggak penting dalam membangun generasi berpendidikan yang mampu menjaga warisan keislaman dan sosial dari Mbah Sholeh.  

Selain kontribusinya dalam pembangunan fisik dan pendidikan, Mbah Sholeh juga dikenang sebagai tokoh yang penuh dengan nilai-nilai spiritual. Keberadaan makamnya yang hingga kini ramai dikunjungi oleh peziarah menjadi bukti nyata bahwa beliau adalah sosok yang terus hidup dalam hati masyarakat. Peziarah datang untuk berdoa sekaligus mengenang perjuangan beliau. Pengaruh beliau melampaui zamannya, memberikan inspirasi tentang pentingnya iman, ilmu, dan amal dalam kehidupan bermasyarakat.  

Warisan Mbah Sholeh di Desa Prasung adalah cerminan dari perjuangan seorang ulama yang tidak hanya mengubah lanskap fisik desa, tetapi juga membangun peradaban yang kokoh di atas nilai-nilai Islam. Haul dan tradisi keagamaan yang terus dijalankan oleh masyarakat adalah bentuk pengakuan bahwa perjuangan beliau tetap relevan hingga hari ini. Dengan segala jasa dan dedikasinya, Mbah Sholeh bukan hanya menjadi tokoh lokal, tetapi juga inspirasi bagi generasi mendatang untuk menjaga harmoni antara iman, ilmu, dan kemajuan.

dengan sedikit keterbatasan literatur itulah yang saya ketahui tentang mbah sholeh prasung, semoga pengetahuan ini bermanfaat untuk menambah sejarah mengenai pengetahuan nusantara khususnya sidoarjo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline