Lihat ke Halaman Asli

Tertusuk Si Mata Bening

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bening mata itu. Sungguh membuat jiwaku terguncang. Sinar matanya kadang mengandung penuh harap, tapi tak jarang membersitkan rasa kecewa.

Tatapannya membuat ku merasa bersalah. Mengobrak-abrik rasa amanku. Juga rasa nyaman dengan keadaan. Mengubahnya menjadi rasa tak berharga. Tak berguna.

Juga marah.



Kepada kalian, pemegang kuasa yang tak niat melakukan apa-apa. Kuasa yang menjadi tak berguna.  Tapi sudahlah, mengubah mereka pemegang kuasa mungkin sama seperti keinginan seorang kakek tua mengubah dunia. Atau menunggu kesempatan mengubah keadaan sama saja membiarkan diri terlelap selama berabad-abad. Ah...bisa terlanjur mati dia, si pemilik mata bening itu.

Dia adalah seorang gadis manis, belum genap 10 tahun. Tubuhnya mungil, dengan rambut terurai sebahu. Cantik.

Ia berkeliaran tiap malam di sebuah perempatan. Menjual suara. Menukarnya dengan receh dari para pengendara.  Dari habis maghrib, hingga larut malam. Kudapati dia di sana ketika kendaraanku membawa pulang selepas kerja.  hampir tiap malam



Gadis kecil, aku kadang khawatir dengan keselamatanmu. Tapi maafkan aku tak mampu menarikmu dari perempatan itu

Maafkan aku tak mampu mengubahsedikit saja keadaanmu

gadis mungil, pulang sajalah. Hari sudah larut. Besok lagi kau perdengarkan nyanyianmu

Meninggalkan mu tetap di situ, menyisakan dongkol dan marah. Marah pada diriku yang terlalu sibuk memikirkan hidup dan kebutuhan mempertahankannya.

Untuk diriku sendiri



Rasanya semakin hinalah aku. Rasanya aku masih lebih menghargai diriku yang dulu. diriku semasa menjadi mahasiswa, yang masih memiliki begitu banyak waktu luang sehingga sempat menegur sapa, mengobrol, dan berbagai cerita dengan mereka teman-teman jalanan. Kadang ikut ngamen, walau cuma sekadar mengedarkan botol aqua plastik tempat orang kemudian menaruh recehan. Biasanya banyak koin dapat ku kumpulkan. Baik siang di bis kota, maupun malam di warung lesehan.



Sekarang..

Kegiatanku lebih banyak diisi duduk sana duduk sini. Ngobrol sana ngobrol sini. Pembicaraan penuh intrik dan kepentingan diri. Mana ada yang ingat pemilik mata-mata bening di perempatan sana. (pingin misuh…misuh..misuh..misuh…!!!!!! *nj*ng)

Yang lebih gila

Aku menikmati semua itu

edddaaannn




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline