Lihat ke Halaman Asli

Tentang Siapa (yang Sama)

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Gue punya hubungan yang kayaknya gak bisa diterima oleh sebagian besar cewek di dunia. Hubungan gue sama sawi gue.

Bukan apa-apa. Gue Cuma gak bisa menerima dia apa adanya dia. Gue selalu menolak mentah-mentah waktu dia dimasak sama tangkainya. Keberadaan tangkai adalah hal yang membuat gue enggan buat deket-deket sama sawi dan bisa dipastikan gue bakal mengabaikan si sawi ini selama dia masih nongol barengan sama tangkainya.

Terus lagi,

Temen-temen gue bilang, gue adalah generasi muda yang tidak menghargai budaya bangsanya. Pasalnya, gue hampir gak pernah belanja di pasar tradisional.

Sebenernya, bukan gue nya yang sok keren, sok kaya, dan sok-sok yang lain. Tapi, kalo gue mau kasih alasan juga pasti pada susah buat nerima alasan gue. Dan menurut gue yang paling tahu hanyalah…

Troli di supermarket tempat gue biasa belanja sebulan dua kali.

Kenapa? Karena bahkan supermarket yang barang-barangnya udah ditata gitu aja, gue masih pusing. Korbannya adalah troli yang gue pake. Lah, gimana kalo di pasar? Gangguan obsesif-kompulsif, itu yang dibilang Mama yang dulunya adalah seorang psikolog yang banting setir jadi ibu rumah tangga sejak menikah dengan Papa.

Emang Mama adalah orang paling mulia di muka bumi ini. selain rela ninggalin profesinya, yang menurut gue, ciamik abis demi mengurus kami berandal-berandalnya, Mama adalah satu-satunya yang bisa menerima serba-serbi kekurangan gue ini. beliau waktu itu Cuma bilang,

“Nanti juga berubah sendiri.Yang penting ini anak masih tau caranya tanggung jawab.”

Ciussssss… Mama emang gak ada duanya.

Bagi gue, Mama, daun sawi, dan troli supermarket adalah paket khusus yang dikasih tuhan buat mendampingi gue di tengah kekurangan-kekurangan gue.

Kenyataannya, gue adalah orang paling tolerir sama masyarakat bangsa ini, menurut gue sih‼!

Kalo di kereta, gue adalah penikmat kereta api ekonomi yang dengan senang hati duduk bareng sama bapak-bapak yang bawa ayam dan suka cerita tentang kebun singkongnya. Gue suka naik bus kota meskipun reot beserta kernetnya yang cerewet abis. Gue suka banget kalo diajak ngobrol sama semua orang yangduduk disamping gue, siapapun itu dari suku, ras, agama apapun. Apalagi kalo ada orang yang sok kenal sama gue. Terakhir yang paling jadi olok-olokkan temen-temen gue adalah kenyataan kalo gue adalah fans berat tarian Didik Nini Thowok, gue sempet dengan begonya belajar salah satutarian yang terkenal, yang dua wajah itu dan sukses berat bikin tangan gue gak bisa balik lagi kayak semula.

Jadi, gue kayaknya sedikit kurang terima kalo dibilang gue adalah salah satu generasi yang tidak menghargai bangsanya. Catat! Apa adanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline