Setiap negara selalu dihantui dengan berbagai krisis. Generasi Millenial dan Z diharapkan memberikan kontribusi dalam penanganan setiap krisis yang melanda negeri pertiwi. Sejak pandemi datang silih berganti, hal ini dapat mengubah sistem pendidikan dan pangan setiap negara.
Hal ini menjadi nyata ketika para siswa mengalami penurunan kualitas belajar di era digital. Para siswa tidak hanya terhambat dalam baca dan tulis, namun mereka pun terhambat dalam hal bagaimana meningkatkan potensi keterampilan yang kian begitu beragam.
Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) mencatat bahwa pandemi menyebabkan peningkatan jumlah anak yang mengalami kesulitan memahami keterampilan membaca dasar. Jika sebelumnya jumlah anak yang kesulitan memahami bacaan dasar sebanyak 460 juta, tahun 2020 angkanya meningkat menjadi 584 juta anak.
Hal ini menjadi ironis ketika keterampilan membaca dasar pun mengalami peningkatan setiap tahunnya. Oleh karenanya, hal tersebut diperlukan langkah terobosan dalam mengajak anak agar gemar membaca dan menulis melalui salah satu program yang dilakukan oleh D'Tahfidz yakni Hand on the Bran Education atau HOBE.
Pandemi tidak hanya membuat para siswa kesulitan dalam membaca dan menulis, namun siswa telah dibentuk sebagai para penerus bangsa yang melek digital.
Literasi digital telah mampu membuka wawasan siswa dalam mengenal dunia. Namun, siswa kurang memiliki keterampilan sosial sehingga hal tersebut menyebabkan gap pendidikan semakin lebar. Kecerdasan emosional melalui literasi digital masih sangat kurang dalam mendidik siswa agar peka terhadap lingkungan sekitar.
Hal ini terlihat ketika para siswa disibukkan dengan sosial media yang begitu pesat sehingga terkadang lupa akan jati diri sebagai pelajar yakni saling bergotong-royong dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kecerdasan diartikan sebagai intelegensia atau perihal cerdas atau dengan makna lain diartikan sebagai perkembangan akal budi menuju ke arah sempurna.
Krisis Pendidikan dalam dunia digital semakin mengalami banyak tantangan seperti halnya, tersebarnya hoax, kurangnya akses pendidikan digital dan kurangnya keterampilan siswa. Permasalahan tersebut kian meningkat dari tahun ke tahun sehingga hal ini membutuhkan langkah bersama dalam mengatasi permasalahan literasi digital.