Lihat ke Halaman Asli

Fahed Syauqi

Cirebon, NGO Enthusiast, CEO Berlin Community, Director of Medcamp, Researcher at Center World Trade Studies UGM

Ramadhan, Jokowi, dan Pandemi!

Diperbarui: 14 April 2021   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Puasa atau menahan diri dari makan dan minum serta salah satunya yang sulit dihindari yakni mengendalikan hawa nafsu. Ramadhan terasa sangat berbeda dikala pandemi datang menerjang. Perkumpulan tadarus atau mengaji di masjid pun untuk diadakan di rumahnya masing-masing. Hal ini tidak akan menjadi kendala bagi kita untuk menyambut dan meramaikannya dikala pandemi. 

Sebenarnya, hal ini mengajarkan kita untuk tetap meramaikan batin dikala indahnya hiruk pikuk dunia. Selama kurang lebih satu bulan lamanya perut kita diistirahatkan sejenak agar dapat berfungsi lebih baik lagi. 

Indahnya ramadan kali ini sangat terasa di kala senyuman bukan lagi ujung tombak untuk saling sapa karena adanya masker di muka, namun sikap saling menghormati dan menjaga hati disimbolkan dengan menyatukan kedua tangan dan saling menundukkan kepala akan menjadi budaya baru yang selalu membuat rindu.

Ramadan kali ini mengandung banyak sekali rindu di dada. Di kala kita diterjang oleh banyak sekali bencana alam dan non alam, khususnya degradasi moral yang selalu berkecambuk di dalam jiwa. 

Namun, apapun yang terjadi di depan mata, kita harus selalu hadapi dengan gagah berani karena kapal yang sudah berlayar di lautan tak akan pernah sampai tanpa kerasnya ombak menerjang. 

Minuman es teh pun tidak akan sedap di lidah dikala kita hanya merasakannya pada saat hari-hari biasa. Mungkin rasa kurma pun tidak akan terasa semanis senyumanmu, ketika itu bukan bulan ramadan hehe. 

Pada saat ini aku tidak dapat merasakan indahnya ramadan di kampung halaman dikarenakan aku harus menyelesaikan target nilai tes potensi akademik atau TPA selama sebulan di Kota Gudeg. Aku sadari ramadan dikala pandemi bukan saja masalah tempat dan rasa namun tatapan hati yang selalu terpaut dikala dunia yang sedang carut marut.

Kurang lebih 2 jam aku belajar bersama mentor ku. Pada saat itu kami mulai istirahat sejenak sambil menunggu buka puasa. Aku tak sengaja melihat tulisan "REMEMBER WHO YOU WANTED TO BE" pada tulisan tersebut terdapat kata-kata yang dituliskan dalam warna yang berbeda yakni " Be Who you want to be"  yang artinya adalah jadilah apa yang kamu inginkan. 

Tak terasa susu jahe hangat yang ku pesan pun larut dalam semangat yang menggebu-gebu dalam meramaikan hati dan jiwa dengan mengisi agenda yang positif. Tak terasa waktu pun berjalan cepat. 

Setelah itu aku masuk kelas lagi dan melanjutkan belajar untuk sesi ke 2. Kita belajar layaknya diskusi. Beliau memberi saran kepadaku untuk terus berlatih setiap harinya minimal 40 soal. Pada saat itu beliau menjelaskan rumus kecepatan dengan sangat mudah atau bisa disingkat dengan JOKOWI : J=K/W (Jarak =  Kecepatan / Waktu)

3 Hikmah ramadan inilah yang saya maksud yakni JOKOWI. Ketika Jarak tidak lagi menyatukan kita di kala ramadan tahun ini sama halnya kecepatan dalam berlomba-lomba dalam kebaikan akan menjadikan waktu kita manfaat dan berkah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline