Lihat ke Halaman Asli

Dia yang Maha Romantis

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dia adalah maha dari segala maha, termasuk maha mengetahui dan maha pandai. Dia juga maha romantis, kalau begitu. Seringkali saya merasakan sendiri, implikasi dari ke-maha mengetahui, maha pandai dan maha romantisnya Tuhanku. Beberapa kali saya menggerutu, bahkan pernah hingga mengutuk, karena kebijakannya tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan.

Tapi kemudian beberapa momen setelahnya, setelah masa-masa ‘pengeluaran kebijakan’ itu berlalu, saya kemudian sadar bahwa itu memang yang terbaik. Bahwa memang benar, di saat itu tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan, tapi di masa yang akan datang saya merasakan bahwa itulah apa yang saya butuhkan.

Pernah suatu kali, saya benar-benar berdoa agar Tuhan mengabulkan kepentinganku, keinginanku. Tapi ternyata tidak. Saya marah, tapi juga pasrah. Saya masih memaksakan diri untuk masuk dalam ‘sistem permainannya’ meskipun dengan terpaksa. Kemudian, masih di permainan yang sama, saya kembali Dia buat kecewa. Astaga, bukan main sedihnya. Tapi tahu tidak, ternyata di ujung senja, ketika permainan ini sudah mencapai akhirnya, Dia menunjukkan keromantisannya. Saya bahagia luar biasa. Jauh lebih bahagia, daripada apabila Dia mengabulkan keinginanku di level satu atau level dua permainanNya.

Memang kuncinya, kita harus sabar, dan tetap percaya dengan Dia. Bahwa pasti ada sepotong senyum untuk kita semua di penghujung hari. Ya, asal kita percaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline